Abu Dhabi (ANTARA News/Reuters) - Abu Dhabi, kota makmur yang menjadi ibukota Uni Emirat Arab, akan hati-hati memilih langkah bagaimana membantu emirat tetangganya yang sedang dililit utang, Dubai, demikian seorang pejabat senior UEA, menyusul timbulnya kekhawatiran bahwa gagal bayarnya Dubai akan membuat pasar global bergejolak lagi.
"Kami akan memperhatikan komitmen-komitmen Dubai dan mendekati mereka berdasarkan kasus per kasus. Itu tidak berarti bahwa Abu Dhabi akan menanggung utang-utang Dubai," kata pejabat pemerintahan UEA di Abu Dhabi kepada Reuters via telepon.
Krisis Dubai meledak, Rabu lalu, manakala salah satu emir di UEA yang terkenal dengan gaya hidupnya yang "wah" dan memiliki gedung tertinggi di dunia ini, mengungkapkan akan menunda pembayaran utang salah satu perusahaan induknya sehingga membuat marah investor dan pasar global terhempas.
Bantuan selektif terhadap perusahaan-perusahan yang tergabung dalam "Dubai Inc.," sebuah jaringan industri-industri setengah berdaulat, daripada dengan memberikan bantuan terbuka, akan membuat investor tidak terlalu bergolak karena mereka bertahun-tahun lamanya menilai rezim konervatif Abu Dhabi berhasil memberikan jaring pengaman untuk tetangganya yang sedang bermasalah itu.
"Sejumlah entitas di Dubai berbentuk swasta dan semi pemerintah. Abu Dhabi akan hati-hati memilih, kapan dan mana yang mesti dibantu," kata pejabat yang menolak menyebutkan jati dirinya karena tidak berhak menyampaikan keterangan kepada media.
Saat ini yang menjadi perhatian adalah dana 59 miliar dolar AS dalam bentuk utang pemerintah yang dikendalikan oleh perusahan induk Dubai World dan lengan bisnis propertinya Nakheel, yang adalah pengembang pulau bertabur pohon palem untuk para selebritis kaya raya.
Dubai menunda pembayaran utang Nakheel sampai enam bulan ke depan, melalui pengumuman yang mengagetkan banyak kalangan, beberapa hari setelah libur panjang nasional.
Para pemimpin dunia termasuk PM Inggris Gordon Brown dan PM Prancis Francois Fillon menyatakan perekonomian gobal yang tengah menuju kepulihannya setelah dua tahun dilanda krisis keuangan, kini cukup kuat menghadapi guncangan seperti ini.
Akibatnya, pasar pun mulai memulihkan diri, setelah sebelumnya bank-bank di luar kawasan Teluk menyatakan bahwa mereka tidak terpengarh oleh krisis utang Dubai.
India yang mendapat 10-12 persen pajak dari para pekerjanya di UEA, mengatakan akan terus memantai situasi di Dubai, namun berharap krisis Dubai tidak berdampak ke negeri itu.
Di kawasan Teluk sendiri, rincian eksposur utang bank-bank lokal di Dubai mulai terkuak ke publik.
Bertahun-tahun berburu bisnis dalam gempita bisnis properti Dubai, membuat bank-bank Abu Dhabi menaruh eksposur utangnya dalam perusahan-perusahaan berbasis di Dubai setidaknya 30 persen dari total penyaluran utangnya, kata para bankir senior di Abu Dhabi, Jumat.
Di mata para investor, pertanyaannya adalah bukan apakah Abu Dhabi akan menolong Dubai, namun lebih kepada kapan dan bagaimana pertolongan itu dilakukan.
Abu Dhabi, yang menguasai 90 persen dari ladang minyak yang membuat UEA menjadi pengekspor minyak ketiga di dunia, telah mengalokasikan sekitar 15 miliar dolar AS untuk pertolongan tak langsungnya kepada Dubai melalui bank sentral UEA dan dua bank swasta Abu Dhabi.
Seberapa banyak bantuan yang diberikan Abu Dhabi kepada tetangganya yang dililit utang itu, akan tergantung kepada bagaimana Dubai menjelaskan sikapnya terhadap soal-soal yang tak bisa ditanganinya.
"Sampai semuanya jelas, adalah sangat sulit mengambil keputusan berinvestasi lebih jauh lagi di obligasi-obligasi. Banyak hal yang mesti dijelaskan Dubai," kata pejabat UEA itu.
Pengawasan
Bank sentral UEA mengungkapkan bahwa mereka terus mencermati semua perkembangan untuk menjamin tidak ada satu pun upaya yang bisa merusak perekonomian nasional, kata juru bicara bank sentral UEA, Minggu.
"Bank sentral tengah memonitor perkembangan-perkembangan dengan sangat hati-hati untuk menjamin bahwa tidak ada dampak negatif terhadap perekonomian UEA," kata juru bicara itu kepada Reuters melalui telepon.
Secara konstitusional, setiap keemiran atau emirat (negara bagian) di UEA adalah kesatuan hukum yang terpisah dalam federasi yang longgar, dan masing-masing mengontrol sumber daya alam dan keuangannya.
Pemerintah federal tidak mendapat jaminan masuk ke sumber-sumber daya itu, tidak pula berhak menanggung utang keemiran-keemiran itu.
Sebagai bagian dari program restrukturisasi Dubai, para investor telah diberitahu mengenai macetnya pembayaran obligasi sukuk senilai 3,5 miliar dolar AS milik pengembang Nakheel, yang akan jatuh tempo pada 14 Desember kelak.
Utang Dubai World yang mencapai 59 miliar dolar AS per Agustus 2009, membuat total utang Dubai maksimal mencapai 80 miliar dolar AS.
Eksposur kredit bank-bank internasional di lembaga-lembaga terkait Dubai World bisa mencapai 12 miliar dolar AS, dalam bentuk utang sindikasi dan pinjaman bilateral, kata sejumlah sumber perbankan kepada Thomson Reuters LPC.
Pernyataan dari pemerintah Dubai diperkirakan disampaikan Senin nanti, saat pasar dibuka kembali setelah libur panjang Idul Adha. (*)
diterjemahkan Jafar Sidik
Oleh
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009