Athena (ANTARA News) - Sebuah perusahaan perkapalan Yunani membantah klaim perompak Somalia bahwa salah satu kapalnya dengan awak orang-orang Ukraina yang dibajak enam bulan lalu telah dibebaskan dengan uang tebusan 3,7 juta dolar.

Pengumuman pembebasan kapal itu oleh perompak pada Kamis merupakan "kebohongan", kata Spyros Minas, direktur perusahaan All Ocean Shipping yang berkantor di Athena.

"Jika kapal dibebaskan, kami pasti sudah membayar uang tebusan, namun kami belum menyerahkan apa pun. Dan jika awak sudah dibebaskan, kami pasti sudah diberi tahu oleh kapten kapal," katanya kepada AFP.

Salah seorang perompak mengatakan kepada AFP dari Harardhere, sebuah markas perompak di Somalia utara, bahwa kapal dengan 24 orang awak Ukraina telah dibebaskan.

"Setelah negosisasi serius dalam empat hari terakhir, kapal Ariana dibebaskan sesudah pembayaran 3,7 juta dolar," kata Ahmed Abdullahi Mohamoud.

Seorang perompak lain, Abdi Mohamoud, mengatakan, penculik menuntut uang tebusan lima juta dolar bagi pembebasan kapal barang itu, "namun mereka setuju dengan jumlah ini".

Minas mengatakan, perusahaannya siap melakukan perundingan untuk membebaskan kapal itu dan awaknya.

"Perompak menuntut sejumlah uang. Kami siap bernegosiasi namun dengan syarat kami memiliki penengah yang adil," katanya.

Ia membantah bahwa seorang anak perempuan berusia 12 tahun berada di kapal itu. Kapten kapal terus melakukan kontak dengan istrinya dan menggambarkan "situasi sangat sulit", tambahnya.

Kapal MV Ariana berbendera Malta dibajak di sebelah utara Madagaskar pada 2 Mei ketika sedang dalam perjalanan menuju Timur Tengah dari Brasil. Kapal itu membawa 10.000 ton kedelai.

Perairan di lepas pantai Somalia merupakan tempat paling rawan pembajakan di dunia, dan Biro Maritim Internasional melaporkan 24 serangan di kawasan itu antara April dan Juni tahun lalu saja.

Perompak menyerang lebih dari 130 kapal dagang tahun lalu, atau naik lebih dari 200 persen dari serangan tahun 2007, menurut Biro Maritim Internasional.

Kelompok-kelompok bajak laut Somalia, yang beroperasi di jalur pelayaran strategis yang menghubungkan Asia dan Eropa, memperoleh uang tebusan jutaan dolar dari pembajakan kapal-kapal di Lautan India dan Teluk Aden.

Perompakan meningkat di lepas pantai Somalia dalam beberapa tahun ini meski angkatan laut asing digelar di kawasan itu.

Patroli angkatan laut multinasional di jalur pelayaran strategis yang menghubungkan Eropa dengan Asia melalui Teluk Aden yang ramai tampaknya hanya membuat geng-geng perompak memperluas operasi serangan mereka semakin jauh ke Lautan India.

Dewan Keamanan PBB telah menyetujui operasi penyerbuan di wilayah perairan Somalia untuk memerangi perompakan, namun kapal-kapal perang yang berpatroli di daerah itu tidak berbuat banyak, menurut Menteri Perikanan Puntland Ahmed Saed Ali Nur.

Pemerintah transisi lemah Somalia, yang saat ini menghadapi pemberontakan berdarah, tidak mampu menghentikan aksi perompak yang membajak kapal-kapal dan menuntut uang tebusan bagi pembebasan kapal-kapal itu dan awak mereka.

Perompak, yang bersenjatakan granat roket dan senapan otomatis, menggunakan kapal-kapal cepat untuk memburu sasaran mereka.

Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Selain perompakan, penculikan dan kekerasan mematikan juga melanda negara tersebut.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009