"Setelah kami periksa, di tubuh mereka memang positif terinveksi virus HIV/AIDS," kata anggota KPA Tulungagung, Farid Hafifi, di Tulungagung, Jumat.
Ia mengatakan, kedelapan anak-anak tersebut berumur di bawah 10 tahun. Mereka rata-rata tertular langsung dari kedua orangtuanya, khususnya dari ibu.
Menurut dia, penularan virus tersebut sangat rentan terjadi, terutama dari ibu. Hal itu dimungkinkan dari si ibu yang sebelumnya diketahui positif terinveksi virus tersebut, hingga proses kelahiran terjadi.
Seharusnya, kata dia, penularan virus dari ibu kepada bayinya dapat dicegah, di antaranya dengan proses kelahiran menggunakan sesar dan tidak minum ASI dari ibunya.
"Dengan operasi sesar, dapat mencegah kulit bayi terluka, dan dengan tanpa minum ASI, dapat mengurangi resiko penularan," katanya menjelaskan.
Lebih lanjut ia mengatakan, kondisi kedelapan anak tersebut saat ini cukup baik dan relatif sehat. Namun, pihaknya harus memastikan kesehatan, terutama daya tahan tubuh anak tersebut, mengingat virus berbahaya jika daya tahan tubuh anak lemah.
"Untuk itu, kami juga mengupayakan agar untuk anak-anak ada tambahan nutrisi, guna mengantisipasi lemahnya daya tahan tubuh terhadap penyakit," kata Farid.
Menyinggung penggunaan obat antiretroviral, untuk pencegahan virus menguat, Farid mengatakan, hal itu sudah dilakukan ketika ibu yang diketahui positif teriveksi hamil. Namun, untuk proses kelanjutanya, menunggu hingga tubuh anak tersebut bisa menerima obat dari luar.
Jumlah penderita HIV/AIDS di Tulungagung, kata Bahrudin untuk kalangan anak dan umum cukup banyak. Untuk kalangan anak, sejumlah sekitar delapan itu, dan untuk umum hingga Oktober 2009 mencapai 277 pasien dan 53 di antaranya sudah meninggal dunia.(*)
Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009