London (ANTARA News/AFP) - Harga minyak mentah dunia merosot pada Kamis waktu setempat, sejalan dengan pasar ekuitas karena aksi ambil untung menyusul kenaikan kuat hari sebelumnya.
Kontrak berjangka utama New York, minyak mentah light sweet pengiriman Januari, mundur 1,80 dolar ke 76,16 dolar per barel.
Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Januari merosot 1,42 dolar menjadi 77,02 dolar per barel pada akhir transaksi London.
Pasar saham global merosot pada Kamis, dengan Eropa turun tiga persen setelah diguncang seruan Dubai untuk menunda utang perusahaan negara terkemuka yang memicu kecemasan tentang pinjaman publik yang berlebihan, kata para analis.
Pasar AS tutup Kamis, untuk "Thanksgiving".
Sementara itu harga minyak mentah berjangka meluncur satu hari setelah data ekonomi AS melonjak yang mengisyaratkan kemungkinan kemajuan permintaan energi di Amerika Serikat -- negara konsumen minyak terbesar di dunia.
Data terbaru AS menunjukkan klaim pengangguran turun pada pekan yang berakhir 21 November menjadi disesuaikan 466.000, jumlah terendah sejak September 2008.
Sebuah laporan terpisah menunjukkan belanja konsumen naik lebih dari yang diharapkan pada Oktober, dan penjualan rumah baru meningkat pada langkah terkuat mereka sejak September 2008.
"Yang luar biasa (pasar) sentimen didasarkan pada berita ekonomi," kata Andy Lipow, analis di Lipow Oil Associates.
Minyak mentah berjangka jatuh pada Kamis, juga karena investor mencerna data minyak mingguan dari departemen energi AS (DoE).
"Jumlah persediaan itu membosankan sehingga tidak ada yang mendorong pasar lebih tinggi," kata analis pasar minyak Jason Feer di konsultan energi Argus Media.
DoE pada Rabu melaporkan bahwa stok minyak mentah AS naik sebesar satu juta barel dalam pekan yang berakhir 20 November, sementara cadangan bensin naik pada jumlah yang sama.
Namun stok distilasi turun 500.000 barel minggu lalu, sementara analis memperkirakan kenaikan sebesar 500.000 barel.
Sulingan termasuk bahan bakar pemanas, yang secara tradisional dalam permintaan tinggi sepanjang musim dingin tahun ini di belahan bumi utara.
Minyak mentah pada Rabu mendapat dukungan juga dari greenback yang lemah, yang membuat bahan baku dalam denominasi dolar lebih murah bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain, mendorong permintaan dan akhirnya meningkatkan harga.
Pada Rabu, Aljazair anggota OPEC mengatakan kartel minyak itu kemungkinan besar mempertahankan tingkat produksi saat organisasi bertemu bulan depan di Angola. Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) memasok 40 persen minyak mentah dunia. (*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009