Jakarta (ANTARA News) - PT Garuda Indonesia (Garuda) akan membeli kembali (buyback) sebagian surat utang Floating Rate Notes (FRN) dari kreditur di Singapura senilai 131,4 juta dolar AS.

"Kita siapkan dana sebesar 25 juta dolar AS untuk buyback sebagian FRN yang akan dilakukan pada 15 Desember 2009," kata Dirut Garuda Emirsyah Satar, di Gedung MPR/DPR, Jakarta, Kamis.

Menurutnya, buyback akan diajukan sendiri oleh Garuda atau tanpa melalui pihak ketiga.

"Kami akan ajukan buyback pada harga yang paling murah, dan mereka (kreditur) akan memberi persetujuan," ujar Emirsyah.

FRN tersebut diutarakannya, merupakan utang perusahaan sejak tahun 1993.

Khusus dana buyback FRN, ia menuturkan, akan didanai dari internal perusahaan.

Dengan pembelian kembali FRN tersebut, Garuda berharap beban utang perseroan akan berkurang.

Sesungguhnya, total utang perseroan hingga Juni 2009 mencapai 726 juta dolar AS.

Selain utang FRN 131,4 juta dolar AS, perusahaan penerbangan pelat merah ini juga memiliki utang kepada kreditur Export Credit Agency (ECA) sebesar 382,9 juta dolar.

Selain itu utang dalam bentuk mandatory convertible bond (MCB) kepada Bank Mandiri sebesar 109,6 juta dolar AS yang sedang dalam tahap finalisasi persetujuan dari Bank Indonesia.

Perseroan juga menyisakan utang dagang kepada BUMN yang meliputi utang kepada Pertamina sebesar 103 juta dolar AS.

Emirsyah menjelaskan, pihaknya akan berupaya melakukan restrukturisasi yang disesuaikan dengan kemampuan bayar perusahaan.

Ia beralasan, perusahaan berutang itu belum tentu tidak bagus, dan harus dilihat dari sisi kelanjutan perusahaan.

"Menambah utang bukan berarti jadi jelek. Dulu sebagian besar utang tidak produktif, namun jumlahnya sudah diturunkan," tegasnya.

Untuk itu Emirsyah menargetkan pelunasan seluruh utang akan dipercepat dalam tujuh tahun ke depan.

Ia menggambarkan bahwa utang perseroan saat ini sudah mengalami penurunan 15,6 persen dari tahun 2005 sebesar 860,3 juta dolar AS.

Pada periode 2005-2009 yang sudah dilunasi meliputi utang kepada kreditur Export Development Canada (EDC) sebesar 12,1 juta dolar AS.

Selanjutnya utang sindikasi kepada Bank Mandiri sebesar 2,6 juta dolar AS sudah di-buy back.

Demikian juga utang kepada Bank BNI sebesar 11,6 juta dolar sudah lunas.

Termasuk utang dalam bentuk mandatory convertible bond (MCB) kepada Angkasa Pura I, dan II sebesar 35,1 juta dolar AS.(*)

Pewarta: Luki Satrio
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009