Tiga rumah roboh tersebut adalah milik Ibu Dyah, Mbah Landep, dan Ibu Tiwi. Rumah ini tidak kuat menahan terjangan arus air dari Sungai Bribis yang meluap dengan tiba-tiba setelah beberapa jam hujan deras mengguyur kawasan tersebut.
"Air datang tiba-tiba dengan derasnya. Ketinggian air waktu itu mencapai setengah meter lebih. Akibatnya, dinding rumah saya bagian belakang jebol karena tidak kuat menahan arus air," ujar Dyah.
Menurut janda beranak dua ini, selain menjebolkan dinding rumahnya, banjir bandang tersebut juga menghanyutkan sedikitnya tiga ekor kambing dan puluhan ekor ayam miliknya.
"Ketinggian air mencapai setengah meter. Hingga malam ini sekitar pukul sepuluh malam ketinggian air sudah berkurang namun masing menggenang sejumlah rumah di tiga RT," katanya.
Hal yang sama terjadi pada rumah Mbah Landep. Bagian depan rumahnya roboh diterjang air. Sedangkan rumah Ibu Tiwi, dinding belakang rumah juga jebol.
Banjir bandang ini menurut warga disebabkan karena sampah potongan kayu dari hulu Sungai Bribis menutup saluran air sehingga air tidak lancar mengalir.
Sementara itu, Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat (Bakesbangpolinmas) Kabupaten Madiun, Agus Pramono, terkait bencana ini, mengatakan, untuk sementara yang dilakukan warga dengan petugas yang ada adalah bergotong-royong membersihkan sampah dan puing-puing bangunan.
"Malam ini warga bergotong-royong, baru besok pagi kami melakukan pendataan kerusakan dan kerugian. Yang pasti, Pemkab Madiun akan membantu sesuai dengan kemampuan," ujarnya saat dihubungi.
Bantuan tersebut di antaranya, kebutuhan bahan pokok korban bencana yang akan disiapkan oleh Dinas Sosial dan perbaikan rumah oleh Bakesbangpolinmas. Selain itu juga berkoordinasi dengan Satlak Pemkab Madiun.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009