Meulaboh (ANTARA) - Abdullah (38), seorang petani warga Desa Peulanteu, Kecamatan Arongan Lambalek, Kabupaten Aceh Barat, Ahad siang sekira pukul 11.30 WIB ditemukan tewas dengan kondisi leher nyaris putus di sebuah kebun tidak jauh dari rumahnya dengan kondisi mengenaskan.

“Dugaan sementara, korban sudah meninggal dunia sejak Sabtu (25/7) siang. Karena saat ditemukan, kondisi tubuh korban dalam keadaan sudah kaku dan darah yang mengering di tubuh korban,” kata Kapolsek Arongan Lambalek, Iptu Alpon Lumban Raja, Ahad petang.

Ia menjelaskan, jasad Abdullah pertama sekali ditemukan oleh adik korban, Sitin Erlina pada Ahad siang, yang mencari keberadaan abang kandungnya karena sejak Sabtu tidak pulang ke rumah, setelah pergi ke kebun.

Setibanya di kebun Abdullah, sang adik melihat saudara kandungnya sudah tergeletak di tanah dengan posisi telungkup.

Baca juga: Seorang warga Palembang tewas ditikam teman gara-gara uang Rp10.000
Baca juga: Polda Metro segera umumkan hasil penyidikan pembunuhan Yodi Prabowo
Baca juga: Polisi tangkap suami aniaya istri hingga tewas di Garut

Panik dengan situasi tersebut, Sitin kemudian memanggil seorang warga lainnya yakni M Said Hus yang kebetulan sedang beristirahat di kebun miliknya, berada tak jauh dari lokasi korban ditemukan tewas.

Mengetahui adanya peristiwa pembunuhan, M Said Hus kemudian memberitahukan peristiwa tersebut kepada aparat desa guna dilaporkan peristiwa ini kepada kepolisian setempat.

“Sejauh ini kami belum bisa menyimpulkan penyebab kematian korban Abdullah, tapi melihat luka yang parah di bagian lehernya yang nyaris putus, sementara diduga korban dibunuh,” kata Iptu Alpon Lumban Raja menambahkan.

Saat ditemukan, jasad korban Abdullah juga memegang sebilah golok di tangan kanan dengan erat dan korban memakai sepatu yang sehari-hari digunakan untuk berkebun.

Guna menyelidiki kasus ini, polisi juga sudah melakukan visum et repertum terhadap jasad korban guna pengembangan lebih lanjut, kata Iptu Alpon menuturkan.

Pewarta: Teuku Dedi Iskandar
Editor: M Arief Iskandar
Copyright © ANTARA 2020