New York, (ANTARA News) - Euro melompat di atas 1,50 dolar di New York pada Rabu waktu setempat, karena data positif ekonomi AS dan komentar dari Federal Reserve AS atau Bank Sentral bahwa greenback telah melihat sebuah penurunan "tertib" yang memicu lebih banyak investor melakukan perdagangan berisiko.
Melemahnya AS mengirim satuan harga emas ke rekor tinggi lain, sebagaimana dikutip dari AFP.
Mata uang tunggal Eropa naik menjadi 1,5127 dolar pada 2200 GMT dari 1,4959 dolar akhir di New York, Selasa. Pada satu titik, euro sempat mencapai tertinggi 15-bulan pada 1,5144 dolar.
Terhadap mata uang Jepang, dolar turun menjadi 87,38 yen, mendekati terendah 14 tahun, dari 88,54 yen akhir Selasa.
Investor juga didorong oleh laporan ekonomi dari Amerika Serikat, di mana Federal Reserve telah memangkas suku bunga menjadi hampir nol persen.
Data pemerintah AS menunjukkan belanja konsumen AS melompat 0,7 persen pada Oktober, dibantu oleh sebuah "rebound" dalam penjualan mobil, dan klaim awal manfaat asuransi pengangguran jatuh ke terendah sejak September tahun lalu.
Analis mengatakan ini cerahnya prospek ekonomi ini mendorong investor untuk mengambil lebih banyak risiko. Euro secara tradisional dipandang sebagai mata uang yang berisiko daripada dolar dan cenderung naik pada tanda-tanda kekuatan ekonomi.
Michael Malpede dari Easy Forex mengatakan bahwa katalis utama bagi penurunan dolar dikonfirmasi laporan Federal Reserve pada Selasa bahwa Fed berencana untuk mempertahankan tingkat suku bunga rendah untuk periode yang diperpanjang.
Laporan "juga menyatakan bahwa Fed melihat depresiasi dolar sebagai `tertib,`" kata Malpede.
"Pernyataan ini dilihat oleh sebagian orang sebagai lampu hijau untuk menjual dolar karena Fed mengindikasikan tidak memiliki rencana untuk mendukung dolar."
Sementara itu harga emas melonjak ke rekor baru lain didukung melemahnhya dolar, yang menjadikan logam mulia lebih murah bagi pembeli yang menggunakan mata uang sainganya.
Emas mencapai rekor tertingginya 1.190,0 dolar per ons di Pasar Emas London (London Bullion Market) dan 1.192 dolar di New York.
"Jika dolar turun maka harga emas akan secara otomatis naik," kata analis BGC Partners Howard Wheeldon.
"Jika dolar dirasakan oleh pasar emas kemungkinan terus jatuh maka dapat diasumsikan bahwa harga emas akan meningkat secara proporsional".
Kekhawatiran tentang kemungkinan lonjakan inflasi juga mendorong emas, yang dipandang sebagai aman pada saat harga meningkat dengan cepat.
Di tempat lain, poundsterling Inggris naik tajam karena data ekonomi yang ditunggu sesuai dengan proyeksi para analis.
Inggris tetap terjebak dalam rekor resesi, data resmi menunjukkan Rabu, namun ekonom memperkirakan kembali ke pertumbuhan sebelum akhir tahun dan menjelang pemilihan umum pada 2010.
Ekonomi Inggris menyusut sebesar 0,3 persen dalam kuartal ketiga, dibandingkan dengan tiga bulan sebelumnya, Kantor Statistik Nasional (ONS) mengatakan dalam sebuah pernyataanny -- lebih tinggi dari perkiraan awal kontraksi 0,4 persen, yang diberikan bulan lalu.(*)
Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009