Makassar (ANTARA News) - Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Sulawesi Selatan menyatakan nilai ekspor mereka turun 50 persen selama tahun 2009 dibanding realisasi 2007, akibat imbas krisis ekonomi global.
Ketua Pembina HIPMI Sulsel Amirullah Nur di Makassar, Rabu, mengatakan, sejak tahun 2008 aktifitas perdagangan pengusaha Sulsel dominan hanya mencakup wilayah domestik atau antara pulau saja.
"Hambatan ekspor sebenarnya bukan hanya dari pihak kami, tapi tapi juga melemahnya daya beli para importir luar negeri akibat krisis," ujarnya.
Ia mengatakan, satu-satunya sektor yang tak terpengaruh krisis adalah agro bisnis, dan berharap pada 2010 geliat ekonomi pada sektor-sektor lain di Sulsel juga mulai bergerak dinamis.
Untuk itu, kata Amirullah, perbankan mulai saat ini sebaiknya menyiapkan diri kembali mengefektifkan penetrasi usaha ke pembiayaan-pembiayaan, terutama sektor mikro.
Menurutnya, kendati 2009 masih menjadi masa sulit bari para pengusaha, namun tahun itu juga sekaligus dinilainya sebagai masa pemulihan.
Beberapa unit usaha terbukti bisa melalui masa sulit tiga tahun terkahir dan hal itu bisa menjadi parameter perbankan untuk mengucurkan kreditnya.
Ia menambahkan, selama ini pihak bank pemerintah terbukti lebih berkomitmen memajukan sektor riil dibanding bank swasta.
"Saya menilai, bank swasta hanya berorientasi bisnis murni sehingga sulit terkoneksi dengan para usahawan mikro," ujarnya.
Hambatan lain, perbankan juga dinilainya sangat tidak transparan dan masih berbelit-belit dalam hal prosedur realisasi kredit usaha.
Bank swasta masih lebih memilih pembiayaan makro, padahal terbukti kinerja sektor mikro relatif lebih stabil.
"Intinya, 2010 mendatang perbankan kami harapkan lebih fleksibel karena sebenarnya pemerintah daerah juga sudah sangat mendukung semangat kewirausahaan di daerah ini," katanya.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009