ini sudah jauh lebih banyak daripada masa awal pandemi dahuluJakarta (ANTARA) - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan fasilitas kesehatan dalam strategi menangani penyebaran COVID-19 saat ini sudah jauh lebih baik dibandingkan pada awal pandemi.
"Nah saat ini Alhamdulillah, Jakarta memiliki 67 rumah sakit rujukan COVID-19, di situ ada 4.556 tempat tidur isolasi, ada 659 ICU khusus COVID-19, dan ini sudah jauh lebih banyak daripada masa awal pandemi dahulu," kata Anies dalam video yang disiarkan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta, Sabtu.
Baca juga: Ketika pandemi, saatnya rumah sakit Jakarta tingkatkan layanan
Anies menyebutkan, pada awal kemunculan COVID-19 banyak yang belum diketahui oleh pemerintah dan masyarakat tentang virus tersebut, bagaimana cara penanganannya, dan sebagainya.
Bahkan hingga kini masyarakat dunia masih terus menemukan bukti baru, informasi baru tentang virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan COVID-19.
Baca juga: Gugus Tugas: Tingkat hunian rumah sakit rujukan COVID-19 Jakarta turun
Pada saat awal pandemi, lanjut Anies, kemampuan testing di Jakarta masih terbatas begitu juga jumlah tempat tidur di rumah sakit terbatas, termasuk ICU di rumah sakit yang disiapkan untuk COVID-19 juga masih terbatas.
"Memang tidak ada satu pun kota di dunia, negara di dunia yang siap untuk menghadapi wabah seperti ini. Nah bila kapasitas pelayanan kesehatan itu sampai jumlahnya kecil daripada kasus positif yang membutuhkan perawatan, maka sistem kita ambruk," ujarnya.
Menurut Anies, sistem ambruk dikarenakan jumlah yang membutuhkan rumah sakit lebih banyak dari fasilitas yang ada.
Untuk menghadapi semua itu, pada masa awal pandemi strategi yang dilakukan Jakarta dengan melakukan pembatasan sosial sosial dengan ketat atau PSBB.
Dalam proses ini, masyarakat diminta berada di rumah, tidak berkegiatan di luar rumah dengan tujuan memutus mata rantai.
Baca juga: UOB bantu APD rumah sakit di Jakarta
Di sisi lain, Pemerintah DKI aktif melakukan peningkatan kemampuan testing, peningkatan kapasitas rumah sakit.
Langkah tersebut dilakukan lewat kerjasama dengan sejumlah pihak. Sehingga ketika PSBB mulai dilonggarkan, masyarakat mulai memasuki masa transisi, Jakarta sudah memiliki kapasitas rumah sakit yang cukup, kemampuan testing yang amat tinggi.
"Dengan cara begitu maka kita menjalankan tanggung jawabnya," katanya.
Tapi, lanjut Anies, ketika masyarakat sudah diminta untuk tetap di rumah tetapi tidak dibarengi dengan peningkatan kapasitas rumah sakit dan peningkatan kemampuan testing, ada potensi risiko yang amat besar ketika memasuki masa transisi (normal baru).
"Ini adalah salah satu cara dari kita di Jakarta mengambil sikap yang bertanggungjawab dan memastikan bahwa keselamatan selalu nomor satu," kata Anies.
Di masa PSBB transisi perpanjangan ini, Anies mengingatkan masyarakat untuk terus waspada akan penularan COVID-19, mengingat ada tren kenaikan kasus dalam kurun waktu dua pekan terakhir.
Perkantoran dan komunitas warga menjadi tempat rawan penyebaran COVID-19 yang harus diwaspadai warga dengan cara menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
Selain itu, Anies juga mengajak masyarakat memberikan dukungan kepada seluruh tenaga kesehatan yang ada di negeri ini.
Menurut dia, tenaga kesehatan telah bertaruh nyawa, bertarung setiap hari di medan tempur paling berat, dengan risiko terpapar virus.
Saat ini seluruh rumah sakit, seluruh puskesmas, seluruh tenaga kesehatan, sungguh-sungguh berjibaku melawan virus, dan bekerja sepenuh hati menyelematkan nyawa orang-orang yang yang terpapar dan harus dirawat.
"Karena itu dukung mereka, doakan mereka, hentikan segala macam fitnah kepada mereka. Fitnah dengan isu-isu jahat seakan mereka mencari keuntungan pribadi," kata Anies.
Pewarta: Laily Rahmawaty/Ricky Prayoga
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2020