"Kalau untuk listrik memang ada perhitungan TDL-nya," kata Anggito di sela rapat Komisi XI DPR dengan Menteri Keuangan di Gedung DPR Jakarta, Rabu.
Anggito menyebutkan, APBN 2010 tidak hanya memperhitungkan TDL tetapi juga upaya efisiensi, target penjualannya, dan potensi kerugian.
"Itu tentu ada dasar perhitungannya, kalau menghitung harus ada dasarnya," katanya.
Sementara itu untuk opsi kenaikan harga BBM di APBN 2010, Anggito mengatakan, tidak ada opsi kenaikan harga BBM dalam APBN 2010.
"Kita akan memaintenance (memperkuat landasan) subsidi dengan policy (kebijakan) yang sekarang ada untuk harga BBM ini," katanya.
Anggito juga menyinggung percepatan perubahan APBN 2010 pada Maret 2010 yang disebutnya bersifat penambahan saja dan tidak mengubah postur APBN secara keseluruhan.
"Jadi kalau ada pemerintahan baru punya program-program yang belum tertampung, ada ruang untuk menambah," katanya.
Sementara itu ketika ditanya apakah ada sisa lebih penggunaan anggaran (SILPA) tahun 2009 yang bisa digunakan untuk pembiayaan infrastruktur pada 2010, Anggito mengatakan, pada akhir tahun baru akan ketahuan.
Anggito mengatakan bahwa penerimaan dan pembiayaan selama 2009 akan dapat menutup semua belanja.
"Silpa tidak akan sebesar tahun 2008 karena 2008 realisasi pendapatan negara diatas 100 sementara belanjanya sekitar 90 persen sehingga performance-nya bagus di pendapatan tapi kurang di belanja," katanya.
Sementara untuk 2009, realisasi penerimaan sekitar 95 persen sedang belanja sekitar 97 persen untuk kementerian dan lembaga.
"Tapi untuk subsidi dan bunga utang turun karena kurs menguat, itu sebabnya belanja menjadi konservatif, tapi untuk belanja kementerian dan lembaga jauh lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya. Jadi potensi Silpa tetap ada tapi masih proyeksi," katanya. (*)
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009