Presiden mengatakan, menciptakan kondisi yang lebih baik bukan hanya tanggung jawab pemerintah semata untuk, namun juga tanggung jawab semua orang.
"Jangan harapkan kesejahteraan bisa meningkat kalau ekonomi tidak tumbuh, jangan harapkan ekonomi tumbuh kalau tidak ada investasi, jangan harapkan investasi terjadi manakala keadaan tidak kondusif. Mari kita pahami benar, semua ikut bertanggungjawab. Tidak boleh hanya diserahkan kepada pemimpin semata, semua bertanggungjawab agar kondisinya baik," tuturnya.
Presiden mencontohkan keadaan Maluku yang mengalami konflik sosial pada 1999-2004 dan akhirnya tidak bisa membangun daerah selama peristiwa tersebut terjadi.
"Sama saja dengan Indonesia, kalau gaduh, panas-panasan, bagaimana investasi bisa datang, bagaimana ekonomi bisa berkembang? Sama saja," ujarnya.
Dalam pidatonya, Presiden juga menyampaikan keinginannya agar Indonesia menjadi negara yang selamat apabila terjadi lagi krisis keuangan yang melanda dunia.
"Kita ingin menjadi negara yang menang dalam era globalisasi untuk membangun perekonomian kita di waktu yang akan datang," ujarnya.
Cara menghindari dampak krisis keuangan dunia, menurut Presiden, adalah dengan mengurangi ketergantungan kepada volume ekspor dan memperkuat ekonomi domestik.
Ekonomi daerah, lanjut dia, juga harus diperkuat dengan cara menarik investor ke daerah agar perekonomian daerah tumbuh.
"Kalau ekonomi masing-masing tumbuh, pertanian, industri, jasa, maka tidak harus kita mengandalkan perdagangan antar negara. Kita bisa melakukan perdagangan dalam negeri, antar pulau, provinsi, dan daerah," tuturnya.
Namun, lanjut Presiden, kerjasama internasional dengan negara-negara lain di dunia tidak dapat dilupakan karena Indonesia masih membutuhkan investasi sebesar Rp2.000 triliun pertahun agar target pertumbuhan ekonomi 7 persen pada 2014 dapat tercapai. (*)
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009