Jakarta (ANTARA News) - Ekonom Revrisond Baswir mengatakan Indonesia kini mengandalkan aliran "hot money" (dana portofolio jangka pendek) dalam memupuk cadangan devisa, namun hal ini perlu di waspadai.

"Kita lihat aja di NPI (Neraca Pembayaran Indonesia), kan jelas, kalau saat ini aliran `hot money` (dana jangka pendek) jadi andalan untuk cadangan devisa, bukan ekspor-impor. Saya kira ini perlu diwaspadai benar," kata Ekonom dari Pusat Studi Kerakyatan asal Universitas Gadjah Mada (UGM) tersebut di Jakarta, Selasa.

Ia menjelaskan, dominasi "hot money" dalam memupuk cadangan devisa sangat rentan terhadap gejolak.

"Kalau gerombolan `hot money` tersebut dengan tiba-tiba, maka nilai tukar akan anjlok dan cadangan devisa bisa tergerus," katanya.

Untuk itu, menurut dia, kemampauan memupuk cadangan devisa melalui ekspor-impor diperlukan. Di sisi lain, menurut dia perlu adanya pembatasan masuknya asing Sertifikat Bank Indonesia.

"Kalau tidak instrumen itu tidak lagi menjadi instrumen moneter tapi berubah jadi instrumen investasi jangka pendek. Dan SBI jelas-jelas tidak berguna karena hanya memupuk saja, tidak bisa digelontorkan untuk pembangunan," katanya.

Ia mengatakan, secara pribadi, pihaknya tidak setuju dengan SBI yang dinilai tidak memberikan manfaat ekonomi yang lebih besar.

"Sebenarnya kalau mesin ekonomi berjalan dengan baik, salah satu cara menyedot uang beredar adalah melalui perbankan, bukan bank Indonesia," katanya.

Sementara itu, NPI yang dirilis Bank Indonesia kuartal III 2009 mencatat, investasi dalam bentuk portofolio meningkat tajam. Pada kuartal I 2009 investasi portofolio mencapai 1,859 miliar dolar AS.

Pada kuartal II meningkat tipis menjadi 1,959 miliar dolar AS. Namun pada kuartal III 2009, investasi portofolio melejit menjadi 3,403 miliar dolar AS.

Sedangkan penanaman modal asing (PMA/dana jangka panjang) terus mengalami penurunan. Pada kuartal I 2009, PMA yang ditanamkan ke Indonesia mencapai 2,094 miliar dolar AS.

Pada kuartal II mengalami penurunan hingga 40 persen menjadi 1,275 miliar dolar AS. Dan kuartal III terus anjlok hingga hanya 435 miliar dolar AS.

PMA pada kuartal III 2009 ini juga terendah dalam dua tahun terakhir. Pada dua tahun terakhir, mulai 2007, setiap kuartal, investasi dalam bentuk PMA di atas 1 miliar dolar AS.

Sementara itu, modal Indonesia yang ditanamkan ke luar negeri juga mengalami penurunan. Namun penurunannya tidak secepat PMA.

Dana dari Indonesia yang ditanamkan di luar negeri pada kuartal I 2009 mencapai 1,251 miliar dolar AS. Pada kuartal II turun menjadi 1,047 miliar dolar AS, dan pada kuartal III 2009, kembali turun menjadi 505 juta dolar AS.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009