Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia Arianto A Patunru, usai menghadiri Seminar Indonesia Economic Outlook 2010 di Jakarta, Selasa, menilai dua proyek penting yang harus segera diselesaikan oleh pemerintah adalah pembangunan jalur kereta listrik ke bandara Sukarno Hatta serta pembangunan pembangkit listrik 10 ribu megawatt (MW).
"Kalau dua itu saja jadi benar-benar rampung sudah bagus. Menurut saya, kita tidak usah mulai dengan ide yang baru seperti pembangunan jembatan Selat Sunda," katanya.
Arianto mengatakan saat ini investor masih belum yakin akan keseriusan pemerintah dalam memprioritaskan pembangunan infrastruktur yang selama ini menghambat perkembangan bisnis di Indonesia.
Ia menambahkan bahwa Indonesia merupakan satu-satunya negara di ASEAN yang tidak memiliki fasilitas kereta menuju bandara internasionalnya.
"Pemerintah harus selesaikan 4-5 proyek infrastruktur untuk mendapatkan `short run quick wins`, karena sampai sekarang belum ada `sense of priority`-nya," ujarnya.
Saat ini, citra Indonesia di mata investor tidak terlalu baik apalagi dengan munculnya kasus kriminalisasi KPK. Pidato Presiden pada Senin malam (23/11) yang normatif dinilai dapat mengurangi kepercayaan investor pada pemerintah.
"Jadi ini masalah persepsi, mungkin tidak langsung hubungannya kepada ekonomi, tapi pasti akan mempengaruhi iklim investasi," tuturnya.
Sebelumnya, Perwakilan Senior IMF di Jakarta, Milan Zavadjil dalam diskusi tersebut mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk bisa tumbuh mencapai target yang dipatok oleh pemerintah.
"Target pertumbuhan Indonesia 2009 yang sebesar 5-6 persen dan 7 persen pada 2014 akan bisa tercapai jika ada kebijakan yang mendukung," katanya.
Ia menyebut tiga hal penting yang harus dilakukan untuk mencapai target pertumbuhan itu adalah kebijakan fiskal dan moneter yang mendukung serta adanya stabilitas makro dan finansial, serta adanya kebijakan infrastruktur yang mendukung.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009