Dua prajurit AS tewas dalam ledakan bom pinggir jalan, seorang lagi tewas dalam serangan militan Minggu dan seorang keempat tewas dalam ledakan bom rakitan, Senin, kata pihak berwenang tersebut.
"Empat prajurit ISAF tewas dalam 24 jam terakhir di Afghanistan," kata ISAF dalam sebuah pernyataan, dengan menambahkan bahwa keempat korban adalah warga AS.
Dengan kematian terakhir itu, jumlah prajurit asing yang tewas meniadi 481 dalam kekerasan di Afghanistan tahun ini, menurut hitungan AFP yang berdasarkan atas situs independen www.icasualties.org, yang mencatat jumlah korban di Irak dan Afghanistan.
Lebih dari separuh jumlah korban tahun ini adalah warganegara AS.
Sementara itu, tiga prajurit Afghanistan yang sedang berpatroli juga tewas dalam ledakan bom Minggu di provinsi Helmand, Afghanistan selatan, kata kementerian pertahanan Afghanistan.
Kekerasan di Afghanistan mencapai tingkat tertinggi tahun ini sejak invasi pimpinan AS pada akhir 2001.
Dengan pemberontakan Taliban yang berkobar pada tahun kesembilan dan meluas ke daerah-daerah utara dan barat yang dulu damai, para panglima miiter meminta penambahan pasukan untuk mengalahkan gerilyawan.
Presiden AS Barack Obama akan memutuskan dalam beberapa pekan ini apakah akan mengirim sekitar 40.000 prajurit tambahan yang kata panglima militernya di Afghanistan, Jendral Stanley McChrystal, diperlukan jika tidak ingin kalah dalam perang di negara itu.
Terdapat lebih dari 100.000 prajurit internasional, terutama dari AS, Inggris dan Kanada, yang ditempatkan di Afghanistan untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai mengatasi pemberontakan yang dikobarkan sisa-sisa Taliban.
Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.
Serangan-serangan Taliban terhadap aparat keamanan Afghanistan serta pasukan asing meningkat dan puncak kekerasan terjadi hanya beberapa pekan menjelang pemilihan umum presiden dan dewan provinsi pada 20 Agustus.
Lebih dari 400 prajurit asing tewas sejak Januari, yang menjadikan 2009 sebagai tahun paling mematikan bagi pasukan internasional sejak invasi pimpinan AS pada 2001 dan membuat dukungan publik Barat terhadap perang itu merosot.
Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.
Dalam salah satu serangan paling berani, gerilyawan tersebut menggunakan penyerang-penyerang bom bunuh diri untuk menjebol penjara Kandahar pada pertengahan Juni tahun lalu, membuat lebih dari 1.000 tahanan yang separuh diantaranya militan berhasil kabur.
Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer.
Antara 8.000 dan 10.000 prajurit internasional bergabung dengan pasukan militer pimpinan NATO yang mencakup sekitar 60.000 personel di Afghanistan untuk mengamankan pemilihan presiden Afghanistan pada 20 Agustus, kata aliansi itu.
Pemilu yang menetapkan presiden dan dewan provinsi itu dipandang sebagai ujian bagi upaya internasional untuk membantu menciptakan demokrasi di Afghanistan, namun pemungutan suara tersebut dilakukan ketika kekerasan yang dipimpin Taliban mencapai tingkat tertinggi.
Sekitar 300.000 prajurit Afghanistan dan asing mengambil bagian dalam pengamanan pemilu tersebut.
(Uu.M014)
(Uu.SYS/C/M014/C/M014) 24-11-2009 00:21:17
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009
AMERIKA tunggu kemusnahan kalian