menyedihkan angka COVID kita lebih tinggi dibandingkan India, Myanmar dan PakistanJakarta (ANTARA) - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyampaikan data kasus kematian anak akibat COVID-19 di Tanah Air didominasi usia di bawah enam tahun.
"Ini berdasarkan data COVID-19 pada anak yang dihimpun hingga 20 Juli 2020," kata Ketua Umum Pengurus Pusat IDAI dr Aman Bhakti Pulungan di Jakarta, Kamis.
Baca juga: UNICEF sebut Papua-Papua Barat responsif lindungi anak saat pandemi
Secara keseluruhan tercatat 70 persen dari kasus anak meninggal akibat COVID-19 yang berusia di bawah enam tahun.
Persentase tersebut lebih rinci di antaranya 12 persen anak meninggal akibat COVID-19 berusia 0 hingga 28 hari, 33 persen berusia 29 hari hingga 11 bulan 29 hari dan 25 persen lainnya berusia satu tahun hingga lima tahun 11 bulan 29 hari.
Baca juga: PKK Sulsel berdayakan perempuan dan anak di masa pandemi
Kemudian, 30 persen kasus meninggal lainnya berusia enam sampai 18 tahun atau secara rinci ialah 12 persen berusia enam tahun hingga sembilan tahun 11 bulan 29 hari dan 18 persen berusia 10 hingga 18 tahun.
Ia mengatakan berdasarkan persentase yang diperoleh tersebut, sejak 17 Maret hingga 20 Juli tercatat total konfirmasi meninggal pada anak mencapai 51 orang dari total 2.712 anak yang terkonfirmasi positif COVID-19.
Baca juga: Anak tenaga medis dapat kemudahan masuk SMA negeri di Jawa Barat
Selain itu terdapat pula anak yang berstatus sebagai kasus suspek sebanyak 7.633 dimana 290 di antaranya juga meninggal dunia.
Terkait data tersebut, ia menyayangkan angka COVID-19 pada anak di Indonesia menjadi lebih tinggi dibandingkan sejumlah negara yang penyebab mortalitas tertinggi pada anak juga meliputi pneumonia ataupun infeksi pernapasan akut.
"Memang penyebab mortalitas tertinggi pada anak di Indonesia saat ini ialah pneumonia, namun menyedihkan angka COVID kita lebih tinggi dibandingkan India, Myanmar dan Pakistan," ujar dia.
Padahal, jika merujuk pada data penyebab mortalitas tertinggi pada anak di sejumlah negara tersebut, datanya masih sama dengan sejumlah negara itu.
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2020