Jakarta (ANTARA) - Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengundang lima anak berprestasi internasional untuk berdialog di Kantor Staf Presiden di Jakarta, dalam rangkaian peringatan Hari Anak Nasional 2020.
Berdasarkan siaran pers di Jakarta, Kamis, kelima anak tersebut adalah Raisha Putri Aulia, Muhammad Ilham Alfarisi, Michelle Aurelia Yudianto, Muhammad Arya Bimasena, dan Nisrina Fathiyya Nugraha.
Mereka meraih sejumlah penghargaan bergengsi di bidang matematika, sains dan kebudayaan tingkat internasional.
Baca juga: Program Keluarga Harapan dorong anak penerima bansos berprestasi
Baca juga: Anak PKH ukir prestasi hingga tingkat internasional
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko memberikan apresiasi terhadap prestasi yang dicapai oleh lima anak tersebut. "Apa yang anda raih itu prestasi yang membanggakan bagi bangsa ini,” kata Moeldoko.
Moeldoko menyampaikan untuk menampung bakat-bakat berprestasi, KSP menyiapkan sebuah wadah bernama Manajemen Talenta Nasional (MTN) yang bertujuan meningkatkan SDM Indonesia dalam kancah global.
Moeldoko mengatakan dengan adanya MTN, anak-anak berprestasi tersebut dapat terus berkembang sesuai dengan bakatnya. “Banyak anak Indonesia yang berprestasi tapi dimanfaatkan bangsa lain. Kita punya program MTN yang akan membuat basis data tentang anak Indonesia yang unggul di semua bidang,” ujar Moeldoko.
Menurut Moeldoko, MTN mengolaborasikan bibit unggul dengan dunia riset sehingga memiliki nilai, tidak hanya bagi dirinya tetapi juga bagi negara. Negara akan berperan untuk mewadahi bakat-bakat terbaik yang dimiliki bangsa.
"Jika negara tidak berperan, anak berprestasi diambil negara lain. Ini yang kita tidak mau,” ujarnya.
Baca juga: Orang tua hebat pencetak anak berprestasi
Mantan Panglima TNI itu juga mengenang masa kecilnya yang penuh dengan kesulitan. Dia mengaku kampung tempatnya tinggal semasa kecil sering dilanda banjir, sehingga harus mengungsi ke kantor desa untuk belajar.
Dia mengaku saat itu rasanya sulit berpikir dan bercita-cita menjadi Panglima TNI. “Tetapi tantangan sekarang berbeda, sekarang semua sudah tersedia, manfaatkan fasilitas dan pengetahuan yang ada. Tantangan sekarang bagaimana menghadapi kompetisi global. Bagaimana negara lain berkembang dengan begitu cepat,” ujarnya.
Pada kesempatan itu, peraih penghargaan medali perunggu pada olimpiade matematika dan sains 2018, Muhammad Arya Bimasena mengaku mengagumi Moeldoko saat membaca riwayat hidupnya. “Saya ngefans sama bapak beberapa jam yang lalu karena bapak memiliki prestasi yang banyak,” ujar Arya.
Sementara itu, Ilham Alfarizi peraih medali emas International Kangaroo Mathematic Contest 2020 menyampaikan keluhannya selama menjalani kegiatan pembelajaran jarak jauh.
Dia mengaku kesulitan dengan sistem pembelajaran jarak jauh atau online. Pembelajaran dengan cara online membuat siswa kurang optimal.
Raisha Putri Aprilia yang ditunjuk Kemendikbud sebagai Junior Ambassador for Asia Pasific Convention di Fukuoka Jepang juga mengaku sudah bosan belajar di rumah. "Kira-kira kapan kita bisa masuk sekolah ya pak?’’ tanya Raisha.
Menjawab hal tersebut, Moeldoko mengatakan kesiapan sekolah sangat tergantung pada perkembangan di tiap daerah terkait COVID-19. Pemerintah juga mendengar soal kesulitan pasokan internet untuk pembelajaran secara online.
Baca juga: Anak-anak berprestasi tetap terus dibantu jangan berhenti pada penghargaan
Baca juga: KPAI: sindikat narkoba mengincar anak berprestasi
"Banyak masukan dari masyarakat yang akan kami carikan solusinya. Tetapi, sementara kita harus pembelajaran secara online,” ujarnya.
Moeldoko meminta agar anak-anak tetap menjaga impian yang terus diperjuangkan. Kuncinya, adalah komitmen yang kuat.
Moeldoko juga meminta anak-anak tidak menyerah dalam kondisi sesulit apapun. "Kalian anak Indonesia bisa jadi apapun. Kamu bisa mimpi jadi menteri, bahkan presiden. Cita-cita tidak datang begitu saja, cita cita harus diperjuangkan," tegasnya.
Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020