Makassar (ANTARA) - Puluhan pasien Coronavirus Disease (COVID-19) di Kota Makassar, Sulawesi Selatan dinyatakan berangsur-angsur sembuh setelah mendapat suplai dan rutin mengkonsumsi minuman herbal Trasdar Jus C-19 yang dibuat dari olahan sari pati buah mengkudu.
"Awalnya saya tidak percaya kalau jus itu membantu melawan Corona atau menyembuhkan. Tapi setelah diberitahu keluarga kalau banyak pasien sembuh dan dipulangkan dari ruang isolasi RSUD Labuang Baji setelah minum jus itu," tutur Andi Rezky saat dihubungi, Kamis.
Setelah mendapatkan informasi, kata dia, sebagai pasien positif tentu berharap bisa segera sembuh. Ia lantas memutuskan mengkonsumsi jus herbal tersebut yang didapatkan gratis, selanjutnya dia rutin meminumnya agar bisa beraktivitas kembali dan keluar dari ruang isolasi.
"Saya akhirnya mulai minum dengan rajin, yang paling penting khasiatnya memberikan harapan untuk sembuh. Alhamdulillah, dengan mengikuti petunjuk dokter, dan rajin minum jus C-19 selama dua pekan, saya pun dinyatakan negatif (sembuh) lalu bisa pulang," ucapnya.
Baca juga: Jepang setujui dexamethasone sebagai obat COVID-19
Baca juga: Komite COVID-19 dan PEN bahas pengembangan vaksin corona
Ditempat terpisah, pembuat sari mengkudu Trasdar Jus C-19, Irwan Paturusi, ditemui di rumah produksinya jalan Melati nomor 3, Kecamatan Mariso, Kota Makassar, mengatakan, jus ini bukan obat, tapi bisa membantu mempercepat proses pemulihan kesehatan tubuh bagi pasien positif.
"Herbal ini dinamai Trasdar Jus C-19. Arti Trasdar adalah Tradisional Makassar, sementara C-19, COVID-19. Seluruh proses pembuatan jus ini alami tanpa bahan pengawet, dan ini bukan obat," ujar Irwan.
Adik kandung mantan Rektor Unhas Makassar, Idrus Paturusi itu menjelaskan, pembuatan jus tersebut berawal dari resep orang tua dahulu menjadikan buah mengkudu sebagai ramuan tradisional dan digunakan sejak puluhan tahun lalu.
Tidak hanya itu, buah mengkudu dipercaya mengobati berbagai penyakit seperti kolesterol, asma, TBC, asam urat, penambah nafsu makan, menghilangkan bau badan dan beberapa penyakit lainnya.
"Awalnya saya buat untuk konsumsi pribadi menurunkan kolesterol. Setelah adanya wabah Covid, saya mencoba membuat lebih untuk dibagikan ke orang dekat. Alhamdulillah, beberapa diantaranya sembuh," kata dia.
Sejak itulah, kemudian dibuat lebih banyak dengan tujuan membantu menolong pasien yang terkena COVID-19. Jus ini diberikan apabila ada permintaan baik itu pasien di rumah sakit, tempat karantina maupun isolasi mandiri.
Ia pun menjadikan rumahnya sebagai tempat produksi sekaligus membentuk tim kecil dari beberapa orang terdekatnya, mulai dari mencari bahan baku sampai memproduksi hingga menjadi jus. Dalam sehari produksi Jus C-19 itu bisa mencapai 300 botol.
Dari laporan hasil sampling setelah pemberian herbal ini diberikan kepada beberapa pasien, banyak diantara mereka sembuh karena rutin mengkonsumsinya. Sejauh ini, pemesan bukan hanya di Kota Makassar tapi daerah lain hingga di luar provinsi Sulsel bahkan pemesan hanya dibebankan biaya pengiriman.
Mengenai dengan ijin dari produk itu, kata dia, BPOM sudah menguji dan merekomendasikan, namun untuk uji klinis masih sementara dilakukan begitupun izin usahanya masih berproses.
"Jus C-19 kita bagikan bila ada permintaan dari pasien Covid secara gratis. Selama ini kita salurkan kepada mereka yang membutuhkan. Tapi bagi yang ingin mengkonsumi pribadi untuk pencegahan kita kenakan Rp50 per botol sebagai pengganti biaya produksi," ujarnya menambahkan.
Sementara tim riset Jus C-19, Yunus Praya, menjelaskan kandungan dari buah mengkudu memiliki vitamin B1, B2, B3, B5, B6 dan B12. Sedangkan vitamin C yang terkandung di dalam buah itu terdiri dari asam askorbat, asam amino, folat, dan vitamin E serta manfaat lainnya bagi kesehatan.
"Dari kandungan inilah diyakini mempercepat penyembuhan pasien serta sangat berguna bagi tubuh. Jus C-19 murni dari Mengkudu, tidak ada campurannya," ujar lulusan Fakultas Kesehatan Masyarakat itu.
Dari riset melalui uji sampel diberikan kepada 100 pasien COVID-19 mulai 15 Mei-1 Juni 2020 secara acak di rumah sakit, isolasi mandiri dan isolasi di hotel, hasilnya 97 pasien dinyatakan negatif atau sembuh karena rutin mengkonsumsi, sisanya belum karena tidak konsisten.
"Sekarang kita buka pendaftaran secara daring (online) asalkan pasien COVID-19 dan diminta mengisi formulir sebagai persetujuan, lalu kami kasih, atau bisa datang di rumah produksi. Terkadang saya mengantarkan ke tempat isolasi," papar pria ini yang berprofesi sebagai Humas Rumah Sakit Khusus Dadi (RSKD) Makassar, salah satu Rumkit rujukan COVID-19.*
Baca juga: Obat Synairgen terbukti mengurangi risiko parah pasien COVID-19
Baca juga: Kasad minta Kapuskes percepat koordinasi uji klinis obat COVID-19
Pewarta: M Darwin Fatir
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020