Jakarta (ANTARA) - Duta kesehatan WHO dokter Sonia Wibisono mengatakan, strategi penanganan COVID-19 harus dilakukan terintegrasi dari hulu ke hilir.
"Indonesia bukan satu-satunya negara yang mengalami kendala dalam upaya penanggulangan wabah ini," kata Sonia dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis.
Dia mengatakan, dalam penanganan COVID-19 harus menyelesaikan persoalan yang terjadi di hulu, yakni masalah edukasi kesehatan sampai ke hilir yaitu terkait penanganan terapi COVID-19.
Kerja keras Pemerintah Indonesia dalam menangani wabah tersebut patut dihargai dan sudah sesuai protokol WHO, seperti menyediakan tempat-tempat karantina di seluruh wilayah, melarang penerbangan sementara waktu, melakukan PSBB dengan titik tekan pada partisipasi lokal dan daerah, serta sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat melalui beragam media.
Baca juga: BKF: Penanganan COVID-19 kunci RI menuju ekonomi terbesar ke-5 dunia
Baca juga: Mendagri: Penanganan COVID-19 dan pemulihan ekonomi berjalan paralel
Termasuk Presiden Jokowi menerbitkan Inpres untuk mulai menegakkan sanksi bagi masyarakat yang melanggar protokol kesehatan.
"Namun demikian, ada beberapa upaya tambahan yang bisa dilakukan untuk mempercepat penanggulangan COVID-19, atau minimal mengurangi laju penyebaran infeksi dan kematian," tutur Sonia.
Pertama, kata Sonia, meningkatkan partisipasi secara aktif masyarakat dalam penyebaran informasi, edukasi, dan tindak cepat pencegahan. Setiap stakeholders perlu dilibatkan secara aktif dalam proses edukasi.
"Meminta segenap lembaga, perkantoran, atau tempat-tempat yang rawan menjadi kluster baru, untuk kembali menerapkan tindakan preventif seperti penggunaan masker, ketersediaan desinfektan, pengecekan suhu tubuh, penggunaan partisi atau pembatas untuk berinteraksi dan berkomunikasi secara langsung dan menjaga jarak secara aman dengan tidak berkumpul apalagi bergerombol," kata dokter kecantikan tersebut.
Kedua, lanjut dia, sentralisasi sistem informasi dari satu pintu atau membuat website atau portal untuk mempermudah masyarakat mengetahui perkembangan dari segala sesuatu yang berkaitan dengan penanggulangan wabah.
Ketiga, transparansi informasi mengenai penyebaran, pendataan, pengetesan, penanganan dan pendanaan.
Keempat, semua daerah perlu mencontoh Jakarta yang sudah mempunyai rumah sakit darurat Wisma Atlet serta rumah sakit khusus yang menangani pasien COVID-19. Hal ini agar penyakit lain yang membutuhkan pengobatan teratur dan vaksin anak pun tidak terbengkalai.
"Kita harus mendukung pemerintah secara all out dalam menangani COVID-19. Sebab, saat banyak masyarakat meremehkan bahkan tidak percaya adanya wabah COVID-19 dan kemungkinan gelombang kedua bahkan ketiga, menjadikan mereka abai dan acuh terhadap protokol kesehatan, cuek, santai, bahkan cenderung melawan petugas kesehatan," tuturnya.*
Baca juga: Agung Laksono apresiasi duet Airlangga-Erick Thohir tangani COVID-19
Baca juga: Satgas COVID-19: Prioritas penanganan di delapan provinsi
Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020