New York (ANTARA News) - Harga minyak masih tertekan pada Jumat waktu setempat, di tengah sebuah penguatan dolar dan kekhawatiran terhadap pemulihan ekonomi yang berkelanjutan.

AFP melaporkan, kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman Desember, turun 74 sen untuk mengakhiri minggu ini di 76,72 dolar setelah merosot lebih dari dua dolar pada Kamis.

Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Januari kehilangan 44 sen menjadi 77,20 dolar per barel.

Pedagang mengatakan minyak mengikuti investor saham global dan pasar valuta asing karena itu prospek mereka pekan depan berat.

Saham terus menyerahkan kembali keuntungannya di Asia, Eropa dan Amerika Serikat di tengah kekhawatiran terhadap perusahaan dan pemulihan ekonom.

Di Jepang, investor khawatir bahwa pertarungan panjang penurunan harga konsumen bisa mengancam pemulihan ekonomi terbesar kedua di dunia dari resesi terburuk dalam dekade dan menggerogoti keuntungan perusahaan dan meminta konsumen untuk menunda pembelian.

Data ekonomi AS minggu ini juga tidak banyak menenangkan kekhawatiran pemulihan, menarik turun saham di Wall Street.

Data terbaru menunjukkan sedikit lebih panas dari yang diperkirakan data harga pada tingkat konsumen, lebih kecil dari yang diperkirakan peningkatan produksi industri, penurunan tak terduga pada pembangunan rumah baru dan izin bangunan, dan laporan klaim pengangguran yang gagal turun di bawah 500.000 sesuai harapan.

Pasar minyak "mengikuti pasar saham dan dolar," kata analis Andy Lipow dari Lipow Oil Associates.

Dolar, mata uang yang aman, menguat (rally) pada Jumat ketika investor menghindari aset yang dipandang berisiko, seperti euro dan saham, di tengah kekhawatiran baru kekuatan pemulihan ekonomi global.

Dolar yang lebih tinggi membuat komoditi dalam denominasi greenback seperti minyak mentah lebih mahal untuk para pembeli yang menggunakan mata uang lainnya.

Kekhawatiran pasokan pasar juga mantap. Lipow terutama menunjuk tingginya persediaan distilasi di Amerika Serikat, negara konsumen energi terbesar di dunia.

Data persediaan mingguan pemerintah AS menunjukkan bahwa timbunan sulingan, yang termasuk bahan bakar diesel dan pemanas, turun 300.000 barel dalam minggu lalu. Para analis telah memproyeksikan penurunan yang lebih besar 500.000 barel.

"Dalam waktu dekat, kita memiliki kelebihan pasokan yang besar, dan ramalan cuaca untuk musim dingin ini telah berubah ke arah normal atau lebih hangat dari tipe musim biasanya (dan) jika itu terjadi, kami akan keluar dari musim dingin dengan jumlah besar persediaan distilasi dan akan bearish bagi pasar minyak," katanya.

Harga minyak New York pada Rabu menembus 80 dolar per barel setelah data menunjukkan cadangan minyak mentah di Amerika Serikat turun 900.000 barel dalam pekan yang berakhir 13 November.

Sementara itu, Presiden OPEC Jose Maria Botelho de Vasconcelos telah mengisyaratkan bahwa harga minyak 75-80 dolar adalah tingkat yang memadai untuk memungkinkan pemulihan ekonomi global.

Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) memompa sekitar 40 persen dari produksi minyak dunia. (*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009