Jakarta (ANTARA News) - Sebagian besar perguruan tinggi di Indonesia cenderung lebih terfokus pada bidang pengajaran ketimbang mengupayakan peningkatan kualitas dosen dan kegiatan penelitian agar para tenaga pengajarnya memiliki penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk pengembangan industri di masa depan.
"Sebagian besar perguruan tinggi cenderung memberikan perhatian pada bidang pengajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari bobot satuan kredit semester (SKS) pada dosen yang melebihi batas," kata Rektor Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka), Prof Dr Suyatno pada acara Wisuda Magister, Sarjana dan Program Diploma tahun 2009 di Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan dengan berlebihnya bobot mengajar tersebut, dosen sudah sulit mengembangkan kemampuannya lagi untuk menulis, meneliti serta melanjutkan studi ke jenjang lebih tingggi yaitu doktor.
Suyatno menyatakan bila kondisi itu berlanjut, maka kualitas dosen menjadi rendah dan akan berimplikasi pada lemahnya atmosfir akademik dimana seharusya perguruan tinggi menjadi pusat penciptaan kultur akademik di lingkungan kampus.
Selain penguasaan ilmu pengetahuan dan peningkatan kualitas tenaga pendidik, ujarnya dunia pendidikan di Tanah Air measih menghadapi beberapa tantangan, yakni daya serap kurikulum lokal sebagian besar masih belum memenuhi standar pelayanan minimal yang disebabkan input rendah, sarana dan prasarana kurang memadai, motivasi siswa rendah serta peran orang tua belum optimal.
"Dari sisi pembiayaan, meski pemerintah pusat telah menetapkan alokasi pembiayaan pendidikan sebsar 20 persen dari APBN sesuai Amandemen UUD 1945, realisasi untuk mendukung proses peningkatan kualitas pendidikan masih belum merata, utamanya untuk perguruan tinggi swasta," katanya.
Lebih lanjut dikatakannya, secara umum sarana dan prasarana masih relatif rendah seperti laboratorium, buku, lapangan olahraga, ruang kelas dan sebagainya masih perlu mendapat perhatian serius agar mendukung sumber daya manusia berkualitas dan siap pakai.
Di samping itu, perlunya perhatian pada level pendidikan tinggi yang menyangkut konsep dan pelaksanaan pendidikan agar didasarkan pada "link and match" antara universitas dan industri modern, antara dunia pendidikan dengan dunia kerja, tambahnya.
Pada wisuda tahun akademik 2009, Uhamka melepas sebanyak 1.251 lulusan yang terdiri dari magister, sarjana dan program diploma dengan total lulusan sejak 1957 hingga saat ini berjumlah 41.239 alumni yang tersebar di bebagai lapangan kerja, seperti menjadi guru, pegawai negeri sipil, perawat, dosen, apoteker dan sebagainya.
Pada tahun akademik 2009/2010 mahasiswa aktif Uhamka berjumlah 10.987 orang dari delapan fakultas, diantaranya fakultas keguruan dan ilmu pengetahuan, fakultas ekonomi dan enam program studi magister pascasarjana .(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009