Jakarta (ANTARA News) - Hubungan India dan Indonesia perlu ditingkatkan karena informasi tentang perkembangan kedua negara relatif masih terbatas padahal memiliki potensi besar di era globalisasi, kata seorang mantan duta besar India untuk Indonesia.
"Tingkat hubungan kedua negara relatif masih terbatas dan masih perlu ditingkatkan," kata Ny. Navrekha Sharma dalam diskusi yang diselenggarakan Pasca Sarjana Paramadina (PGS) di Jakarta, Kamis.
Ny. Sharma, yang pernah bertugas di Indonesia sebagai duta besar India pada tahun 2006-2009, berada di Jakarta selama beberapa hari untuk bertemu dengan rekan-rekannya dan mengumpulkan bahan-bahan untuk penulisan sebuah buku tentang hubungan India dan Indonesia.
Dalam diskusi yang dipandu Dekan PGS Diplomacy Dinna Wisnu Ph.D dan dihadiri antara lain oleh Prof. Dr. Dorodjatun Kunjoro-Jakti dan Sabam Siagian, Ny. Sharma mengatakan hubungan diplomatik kedua negara telah terjalin sejak lama tapi belum menunjukkan hasil yang signifikan.
Menurut dia, dalam perdagangan Indonesia masih berkiblat ke negara-negara seperti Jepang, Amerika Serikat dan Uni Eropa, dan belum melihat potensi yang ada di India. Sebaliknya India pada tahun 1960-an dan 1970-an belum membuka pasarnya.
"Pintu pasar kedua negara saat ini sudah terbuka di tengah-tengah globalisasi dan kompetisi. Mengapa tidak keduanya meningkatkan hubungan di berabagai bidang dan menggarap pasar lebih intensif," ujar Ny. Sharma.
Ia menanggapi positif pendangan peserta diskusi agar kedua negara meningkatkan hubungan di luar apa yang dilakukan pemerintah di tingkat regional atau multilateral, seperti pertukaran dosen untuk meningkatkan kerja sama di sektor pendidikan tinggi dan pembukaan penerbangan langsung Jakarta-New Delhi atau sebaliknya.
Ny. Sharma juga menjelaskan kebijakan pemerintah India di bidang politik, ekonomi, perdagangan dan kebudayaan.
Sementara itu mantan Menko Perekonomian, keuangan dan Industri Prof. Dr. Dorodjatun Kuntjoro-Jakti, berpendapat pemimpin kedua negara perlu mengadakan pertemuan guna membahas peningkatan kerja sama di berbagai bidang.
"Moral, etika dan budaya yang dimiliki kedua negara dapat dijadikan ladasan kerja sama di masa depan," kata Dorodjatun.
Ia memandang bahwa kedua negara semakin memainkan peran penting dalam percaturan dunia dan dapat membangun kerja sama dengan landasan tersebut, tak seperti Jepang dan China yang menitikberatkan pada nilai-nilai materialistik seperti Barat.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009