Mogadishu (ANTARA News/Reuters) - Perompak Somalia telah membebaskan sebuah kapal kargo Uni Emirat Arab (UAE), kata seorang pengusaha Somalia, Kamis, dan ia membantah bahwa kapal tersebut membawa senjata ke negara yang dilanda kekerasan itu.
Ali Dheere, ketua pengusaha perdagangan umum Mogadishu, mengatakan, pembebasan kapal itu dilakukan setelah negosiasi dengan para pengusaha di ibukota tersebut.
Namun, ia menolak berkomentar mengenai apakah uang tebusah telah dibayar dan mengungkapkan kekhawatiran bahwa kapal itu akan dibajak lagi.
"Negosiasi berakhir kemarin malam dan kapal itu dibebaskan hari ini," kata Dheere kepada Reuters namun menambahkan, "Kami khawatir perompak akan menahannya lagi."
Seorang ahli pelayaran mengatakan kepada Reuters pekan lalu, ia yakin kapal yang menggunakan nama Al Mizan itu adalah salah satu kapal pengangkut senjata rutin ke Somalia, yang dikenai embargo senjata PBB.
Namun, Dheere mengatakan, kapal itu mengangkut barang-barang komersial non-militer ketika dibajak pekan lalu.
Kapal itu dibajak di lepas pantai Garacad, sebuah kota pelabuhan lama di Somalia tengah yang kini menjadi pangkalan perompak, dan kapal tersebut saat ini menuju Mogadishu.
Juga pekan lalu, sebuah kapal kargo besar Yunani dibajak di kawasan tersebut.
Patroli angkatan laut multinasional di jalur pelayaran strategis yang menghubungkan Eropa dengan Asia melalui Teluk Aden yang ramai tampaknya hanya membuat geng-geng perompak memperluas operasi serangan mereka semakin jauh ke Lautan India.
Perompak dari negara Tanduk Afrika yang gagal itu saat ini menahan sedikitnya 13 kapal dan lebih dari 230 orang awak kapal, termasuk pasangan Inggris yang kapal pesiarnya dibajak di lepas pantai Seychelles.
Andrew Mwangura, pejabat Program Bantuan Pelaut Afrika Timur yang berkantor di Kenya, menyebut kapal kargo Yunani yang dibajak pada Selasa (10/11) itu sebagai MV Filitsa yang memiliki panjang 150 meter dan berbendera Kepulauan Marshall.
Ia menambahkan, kapal itu diawaki oleh tiga perwira Yunani dan 19 pelaut Filipina dan membawa sejumlah besar urea dari Kuwait dengan tujuan Afrika Selatan.
Pasukan Angkatan Laut Uni Eropa EU Navfor mengatakan, kapal Filitsa yang memiliki berat 23.709 ton itu dibajak di wilayah perairan Somalia selatan, sekitar 400 mil laut sebelah timurlaut Seychelles; sekitar 1.000 mil laut sebelah timur Mogadishu, ibukota Somalia.
Jarak itu kira-kira sama dengan ketika perompak Somalia berusaha membajak kapal minyak mentah Hong Kong namun gagal pada Senin (9/11).
Perairan di lepas pantai Somalia merupakan tempat paling rawan pembajakan di dunia, dan Biro Maritim Internasional melaporkan 24 serangan di kawasan itu antara April dan Juni tahun lalu saja.
Perompak menyerang lebih dari 130 kapal dagang tahun lalu, atau naik lebih dari 200 persen dari serangan tahun 2007, menurut Biro Maritim Internasional.
Kelompok-kelompok bajak laut Somalia, yang beroperasi di jalur pelayaran strategis yang menghubungkan Asia dan Eropa, memperoleh uang tebusan jutaan dolar dari pembajakan kapal-kapal di Lautan India dan Teluk Aden.
Perompakan meningkat di lepas pantai Somalia dalam beberapa tahun ini meski angkatan laut asing digelar di kawasan itu.
Dewan Keamanan PBB telah menyetujui operasi penyerbuan di wilayah perairan Somalia untuk memerangi perompakan, namun kapal-kapal perang yang berpatroli di daerah itu tidak berbuat banyak, menurut Menteri Perikanan Puntland Ahmed Saed Ali Nur.
Pemerintah transisi lemah Somalia, yang saat ini menghadapi pemberontakan berdarah, tidak mampu menghentikan aksi perompak yang membajak kapal-kapal dan menuntut uang tebusan bagi pembebasan kapal-kapal itu dan awak mereka.
Perompak, yang bersenjatakan granat roket dan senapan otomatis, menggunakan kapal-kapal cepat untuk memburu sasaran mereka.
Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Selain perompakan, penculikan dan kekerasan mematikan juga melanda negara tersebut.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009