Peshawar, Pakistan (ANTARA News/AFP) - Pemboman bunuh diri di sebuah pengadilan di Peshawar menewaskan 19 orang, Kamis, serangan keenam di kota wilayah baratlaut itu dalam waktu 11 hari ketika Pakistan sedang melakukan ofensif besar-besaran terhadap Taliban.
Penyerang meledakkan dirinya di pintu gerbang pengadilan itu, yang terletak di dekat hotel bintang lima Pearl Continental, dimana sedikitnya sembilan orang tewas pada Juni ketika penyerang melepaskan tembakan saat menerobos pos pemeriksaan keamanan dan meledakkan bom truk.
Darah, serpihan tubuh dan pecahan kaca terlihat di tanah di luar gedung pengadilan itu, yang pintu gerbangnya roboh.
Serangan Kamis itu menunjukkan kemampuan militan menyerang kota yang berpenduduk 2,5 juta jiwa itu, yang terletak di pinggiran kawasan suku yang dilanda kekerasan.
Serangan-serangan di wilayah baratlaut meningkat ketika sekitar 30.000 prajurit Pakistan bergerak masuk ke pangkalan-pangkalan Taliban di kawasan perbukitan dekat perbatasan dengan Afghanistan, dimana 100.000 prajurit NATO dan AS memerangi pemberontakan mematikan.
"Itu ledakan bom bunuh diri. Penyerang berjalan kaki dan berusaha memasuki kompleks pengadilan. Ketika personel keamanan menghentikannya, ia meledakkan dirinya," kata Sahib Zada Anis, kepala pemerintah kota itu, kepada wartawan.
"Jumlah kematian naik menjadi 19 ketika tiga orang yang terluka parah meninggal di rumah sakit," kata Anis kepada AFP, dengan menambahkan bahwa tiga polisi termasuk diantara mereka yang tewas.
Polisi mengatakan, penyerang meledakkan dirinya ketika sebuah kendaraan yang mengangkut tahanan lewat.
Serangan itu terjadi hanya tiga hari setelah seorang peyerang bunuh diri meledakkan sebuah mobil berisi bom, menewaskan empat orang di sebuah daerah pinggiran ketika anak-anak akan pergi ke sekolah. Ledakan itu merusak sebuah masjid, sekolah dan kantor polisi.
Pasukan keamanan berada di barisan depan dalam upaya mengatasi kekerasan terkait dengan Al-Qaeda yang telah menewaskan lebih dari 2.550 orang dalam 29 bulan ini di negara muslim yang bersenjatakan nuklir itu. Kekerasan itu meningkat akhir-akhir ini.
Belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas pemboman itu namun Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP) telah berjanji menyerang kota-kota Pakistan untuk membalas ofensif militer terhadap mereka di Waziristan Selatan yang kini memasuki pekan kelima.
Pakistan meluncurkan ofensif udara dan darat ke kawasan suku Waziristan Selatan pada 17 Oktober, dengan mengerahkan 30.000 prajurit yang dibantu jet tempur dan helikopter meriam.
Beberapa analis telah memperingatkan bahwa Taliban dan sekutu mereka akan meningkatkan serangan terhadap pasukan keamanan di tempat-tempat lain untuk mengalihkan fokus perhatian dari Waziristan Selatan, yang sedang digempur pasukan darat Pakistan.
Militan akhir-akhir ini meningkatkan kegiatan di Bajaur, satu dari tujuh daerah suku yang berada di bawah pemerintah federal Pakistan (FATA) di sepanjang perbatasan dengan Afghanistan, yang dianggap sebagai markas gerilyawan Taliban dan Al-Qaeda.
Kawasan suku Pakistan, terutama Bajaur, dilanda kekerasan sejak ratusan Taliban dan gerilyawan Al-Qaeda melarikan diri ke wilayah itu setelah invasi pimpinan AS pada akhir 2001 menggulingkan pemerintah Taliban di Afghanistan.
Menurut militer, lebih dari 1.500 militan tewas sejak mereka melancarkan ofensif di Bajaur pada awal Agustus tahun lalu, termasuk komandan operasional Al-Qaeda di kawasan itu, Abu Saeed Al-Masri yang berkebangsaan Mesir.
Daerah itu juga dihantam serangan rudal yang hampir mengenai Zawahiri, orang kedua Osama bin Laden, pada Januari 2006.
Terdapat sekitar 70.000 pengungsi Afghanistan di Bajaur, yang tinggal di sana sejak akhir 1970-an setelah mereka melarikan diri dari invasi Uni Sovyet ke Afghanistan.
Pasukan Amerika menyatakan, daerah perbatasan itu digunakan kelompok militan sebagai tempat untuk melakukan pelatihan, penyusunan kembali kekuatan dan peluncuran serangan terhadap pasukan koalisi di Afghanistan.
Pakistan mendapat tekanan internasional yang meningkat agar menumpas kelompok militan di wilayah baratlaut dan zona suku di tengah meningkatnya serangan-serangan lintas-batas pemberontak terhadap pasukan internasional di Afghanistan.
Sebanyak 30.000 prajurit Pakistan kini mengambil bagian dalam ofensif terhadap sekitar 10.000 hingga 12.000 militan di kawasan suku semi-otonomi Waziristan Selatan yang dilanda kekacauan. Pekerja-pekerja bantuan mengatakan, ratusan ribu orang mengungsi akibat pertempuran itu.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009