London (ANTARA News/AFP) - Harga emas melonjak di atas 1.150 dolar AS per ons di London pada Rabu untuk pertama kalinya, didukung oleh mata uang AS yang melemah dan pembelian logam mulia oleh bank sentral baru-baru ini, kata analis.
Dalam perdagangan sore di London Bullion Market, emas melompat ke rekor tertingginya 1.152,85 dolar per ons setelah menempa serangkaian puncak tertinggi selama ini dalam beberapa minggu terakhir.
Di pasar valuta asing, euro naik setinggi 1,4977 dolar pada akhir perdagangan sore didukung data mengecewakan housing starts (rumah yang mulai dibangun) dan inflasi di Amerika Serikat.
Pedagang mengatakan dolar secara keseluruhan bernada lemah karena prospek suku bunga AS masih mendekati nol untuk beberapa waktu.
"Harga emas bergerak terus ke utara karena penurunan dolar berlanjut," kata analis Marius Paun dari ODL Markets.
"Sementara Federal Reserve AS terus menegaskan kembali bahwa tingkat suku bunga akan tetap rendah, sehingga muncul investor mau membeli di logam mulia."
Pelemahan greenback membuat harga aset berdenominasi dolar seperti emas lebih murah bagi pembeli yang menggunakan mata uang kuat, dan cenderung merangsang permintaan terhadap mereka.
"Emas mendapatkan dukungan dari sejumlah sumber saat ini," tambah David Morrison dari perusahaan taruhan GFT.
"Seperti semua aset berisiko, emas diuntungkan dari kemerosotan dolar, tetapi juga tempat yang aman bagi investor yang peduli tentang keselamatan mata uang lain," katanya.
Morrison menambahkan bahwa bank-bank sentral juga membangun cadangan dari logam mulia.
"Kami juga melihat (harga emas) naik karena bank sentral menjadi pembeli bersih, setelah penjual bersih untuk lebih dari 20 tahun.
"China dan Rusia telah menambah kepemilikan emas mereka, dan dapat dengan mudah meningkatkannya lagi."
"Sementara itu, India dan Mauritius baru saja membeli emas dari Dana Moneter Internasional."
IMF telah mengumumkan pada Senin bahwa mereka telah menjual dua ton emas ke bank sentral negara pulau di Samudera Hindia, Mauritius untuk sekitar 72 juta dolar.
Awal bulan ini, mereka juga telah menjual 200 ton emas ke bank sentral India senilai 6,7 miliar dolar.
Selain itu, Sri Lanka mengatakan bank sentralnya telah membeli emas untuk diversifikasi cadangan mata uang volatile di tengah-tengah pasar.
Logam juga memenangkan dukungan tahun ini dari ketakutan atas kemungkinan lonjakan inflasi, seperti emas secara luas dianggap oleh investor sebagai investasi yang aman, kata para pedagang.
"Pada akhirnya (emas) adalah penyimpan nilai yang tidak dapat dirusak oleh pemerintah dan bank sentral," Morrison menambahkan.
"Akibatnya, investor berbondong-bondong ketika mereka gugup dan pada saat ketidakpastian."(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009