Jakarta,(ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akhirnya menanggapi penyebutan nama RI1 oleh media massa yang mengutip rekaman pembicaraan Anggodo Widjojo dalam sidang diperdengarkan Mahkamah Konstitusi (MK) 3 November 2009.
Dalam pengantar rapat membahas rekomendasi tim indepedensi verifikasi fakta dan proses hukum kasus Chandra Hamzah dan Bibit Samad Rianto di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Rabu, Presiden juga menyampaikan keprihatinannya karena beredar luas pula rumor yang menyebutkan anggota keluarganya.
"Terus terang saya sebetulnya juga prihatin, saya ikuti terus pembicaraan di sudut-sudut kehidupan rakyat kita, sms, di Blackberry, di Facebook, di banyak media satu bulan terakhir ini," ujarnya.
Keprihatinan itu, lanjut Presiden, bukan timbul karena polemik kasus hukum Chandra dan Bibit yang ia pahami telah menyebabkan gelombang pro kontra.
"Tetapi saya prihatin karena beredar pula rumor, desas desus, berita-berita yang tidak jelas dari mana sumbernya yang juga menyangkut nama saya. Bahkan ada keluarga saya yang sama sekali tidak ada kebenarannya. Tidak ada menjadi ada," tutur Presiden.
Meski saat ini pemerintah fokus pada mencari penyelesaian kasus Chandra dan Bibit, Presiden menyatakan keinginannya untuk menghentikan desas desus seperti itu agar tidak menjadi kebiasaan buruk.
Presiden pun menuturkan pengalamannya selama memimpin negara sejak lima tahun lalu sempat berurusan dengan masalah hukum karena sudah dinilai pada tahap keterlaluan.
"Lima tahun lalu selama saya memimpin begini ini juga luar biasa, saya pikir berangsur-angsur sudah menyusut tapi masih ada juga. Ada yang fitnah, `character assasination, ada yang `political assasination`. Sebagian besar saya abaikan tetapi ada tiga hal yang saya hadapi dulu. Dua di antaranya masuk pada `legal case` karena bagi saya sudah keterlaluan," tuturnya.
Presiden Yudhoyono menegaskan jika ia tidak menghadapi rumor dan fitnah seperti itu maka bisa menimbulkan persepsi keliru pada tingkat masyarakat luas.
Oleh karena itu, Presiden mengatakan, ia tidak enggan untuk kembali mengambil langkah hukum apabila pemberitaan tidak benar seputar dirinya dan keluarganya masih juga diteruskan.
"Saya pada saatnya kalau ini masih begitu dan apalagi secara formal di depan publik ada yang mengangkat berita yang sama sekali tidak ada kebenarannya itu, cara yang lalu juga saya tempuh demi keadilan dan kebenaran dan juga demi kehormatan saya sebagai kepala negara, sekaligus tidak boleh kita berikan toleransi kepada pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab," demikian Presiden.(*)
Pewarta: Ricka Oktaviandini
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009