Jakarta (ANTARA) - Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI Bambang Soesatyo mendorong kalangan muda untuk menggerakkan berbagai peluang usaha yang terintegrasi dengan teknologi informasi dan digitalisasi untuk membantu memajukan perekonomian Indonesia.

"Agar Indonesia bisa mandiri secara ekonomi, dibutuhkan peran kaum muda untuk terjun dalam berbagai bisnis," kata Bambang Soesatyo (Bamsoet) saat menerima pengurus DPP Mahasiswa Pancasila (Mapancas), di Ruang Kerja Ketua MPR RI, Jakarta, Selasa.

Dengan peran kalangan muda berwirausaha, kata dia, bangsa Indonesia tak hanya sekadar menjadi bangsa konsumen, namun bisa menjadi bangsa produsen.

Baca juga: Gus Jazil ajak generasi muda berjuang lewat medsos

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia tersebut menyoroti peningkatan peringkat Indonesia yang baru saja dikeluarkan oleh Bank Dunia dari negara berpenghasilan menengah bawah menjadi negara berpenghasilan menengah atas.

Dengan peningkatan peringkat itu, kata dia, tentu akan semakin meningkatkan kepercayaan investor terhadap Indonesia.

Di sisi lain, Bamsoet mengingatkan juga hal tu menunjukkan peluang Indonesia untuk mendongkrak daya saing global ke kancah yang lebih tinggi.

"Dalam pertemuan World Economic Forum 2015, berbagai lembaga ekonomi internasional seperti Standard Charted Bank dan Goldman Sach juga telah memperkirakan potensi Indonesia untuk naik kelas menjadi negara urutan ke-7 atau ke-8 ekonomi dunia pada tahun 2020, setelah China, Amerika Serikat, India, Brazil, Meksiko, dan Rusia," kata politikus Partai Golkar tersebut.

Baca juga: Ketua MPR ajak pemuda jadi generator pembangunan

Salah satu faktornya adalah geliat ekonomi digital yang semakin menggila di Indonesia yang tentu tak lepas dari faktor kaum muda yang melek teknologi informasi dan digitalisasi.

Mantan Ketua DPR RI itu memaparkan bahwa berdasarkan riset manajemen konten HootSuite dan agensi pemasaran We Are Social dalam laporan Digital 2019, orang Indonesia telah menghabiskan sekitar 20,3 miliar dolar AS untuk belanja "online", sekarang meningkat menjadi sekitar 32 miliar dolar AS dalam riset terbaru Digital 2020.

"Menariknya, baik dalam riset tahun 2019 maupun 2020, pengeluaran terbesar justru dari belanja 'online' tersebut terdapat pada sektor travel, termasuk pemesanan hotel dan tiket perjalanan, yakni sebesar 9,376 miliar dolar AS menjadi 13,06 miliar dolar AS. Mengingat pandemi COVID-19 menerjang, mungkin dalam laporan selanjutnya di Digital 2021, pengeluaran untuk sektor perjalanan akan menurun," katanya.

Namun, Bamsoet memprediksi pandemi COVID-19 tidak menurunkan geliat ekonomi digital karena kemungkinan besar pandemi COVID-19 justru akan menaikkan usaha digital di sektor makanan, pakaian, dan kebutuhan rumah tangga lainnya.

Baca juga: MPR: generasi muda harus ikut merawat dan menjaga keberagaman

Oleh karena itu, Kepala Badan Bela Negara FKPPI itu mendorong kalangan muda, bahkan yang masih berstatus mahasiswa, untuk melihat hasil riset tersebut dari berbagai perspektif, misalnya dari segi bisnis yang menunjukkan bahwa peluang usaha yang terintegrasi secara digital akan semakin digandrungi dan peluang pengembangannya pun terbuka lebar.

"Dengan adanya digitalisasi ekonomi, peluang ekspor pun terbuka sehingga bukan lagi menjadi alasan bagi kaum muda untuk sulit berusaha. Di mana ada kemauan, di situ pasti ada jalan," kata Bamsoet.

Pada kesempatan itu, para pengurus Mapancas yang hadir, antara lain Ketua Umum Mapancas Medi Sumaedi, Bendahara Umum Pilar Saga Ichsan, Ketua DPD DKI Jakarta Dimas Soesatyo, Wakil Sekjen Bidang Pemberdayaan Perempuan Erna Kartika, Wakil Sekjen Bidang Kerja Sama Kelembagaan Anisa Putri, dan Wakil Sekjen Bidang Media dan Informasi Sarwanto.

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2020