Kita tidak dapat menguji setiap orang, sebagaimana tidak ada satupun negara yang mampu melakukannya, bahkan yang terkaya, yakni Amerika Serikat, sekalipun,
Manila (ANTARA) - Pemerintah Filipina menyebut pada Selasa bahwa pihaknya menargetkan pengujian deteksi COVID-19 sebanyak 10 juta tes--hampir satu persepuluh dari jumlah populasi negara itu--hingga pertengahan tahun depan, di tengah kasus infeksi yang meningkat.
Sejauh ini, sebanyak hampir 1,1 juta tes telah dilakukan di Filipina dengan 20.000 hingga 23.000 pengujian per hari. Angka itu akan ditingkatkan menjadi 32.000 hingga 40.000 pengujian per hari, demikian menurut Menteri Kesehatan Francisco Duque.
"Kita tidak dapat menguji setiap orang, sebagaimana tidak ada satupun negara yang mampu melakukannya, bahkan yang terkaya, yakni Amerika Serikat, sekalipun," kata Duque dalam rapat dengan Presiden Rodrigo Duterte yang disiarkan melalui televisi.
Kasus positif COVID-19 di Filipina meningkat hampir empat kali lipat menjadi 68.898 kasus dengan angka kematian bertambah dua kali lipat menjadi 1.835 kasus sejak pemerintah melonggarkan aturan karantina wilayah mulai Juni lalu.
Kini, karantina wilayah kembali diberlakukan di area-area dengan catatan kasus yang tinggi.
Dengan kondisi tersebut, Duterte mengancam untuk memenjarakan siapa yang menyebarkan virus corona dengan menolak menggunakan masker atau menjaga jarak aman dengan orang lain.
"Kami tidak akan menyesal untuk memenjarakan orang. Jika Anda dibawa ke kantor polisi dan ditahan di sana, maka itu akan memberikan pelajaran seumur hidup untuk Anda," ujar Duterte dalam sebuah pidato, merujuk pada orang yang tertangkap tak mengenakan masker.
Duterte menyebut bahwa menyebarkan COVID-19 merupakan suatu kejahatan serius. Dia juga sebelumnya pada April memperingatkan masyarakat bahwa pelanggar aturan karantina wilayah bisa ditembak atas tuduhan menyebabkan masalah.
Pekan lalu, pejabat pemerintahan mengatakan bahwa tenaga kesehatan dan polisi akan membawa pasien dengan gejala ringan atau tanpa gejala dari rumah mereka ke pusat isolasi. Hal itu memunculkan perhatian mengenai kemungkinan pelanggaran HAM.
Sumber: Reuters
Baca juga: Menteri PU Filipina positif corona, ketiga dalam kabinet
Baca juga: Manila kembali bergeliat sekalipun ancaman virus tetap membayang
Baca juga: Filipina tingkatkan uji COVID-19 guna temukan pasien belum terdeteksi
Penerjemah: Suwanti
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2020