“Sekitar 75 persen pasien TBC adalah kelompok produktif artinya di usia produktif 15-55 (tahun), ini yang juga harus kita waspadai,”
Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo mengingatkan bahaya penyakit menular Tuberkulosis (TBC) yang rentan menyerang kelompok masyarakat produktif berusia 15 hingga 55 tahun.
“Sekitar 75 persen pasien TBC adalah kelompok produktif artinya di usia produktif 15-55 (tahun), ini yang juga harus kita waspadai,” kata Presiden Jokowi dalam rapat terbatas Percepatan Eliminasi TBC di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa.
Berdasarkan laporan yang diterima Presiden, jumlah pasien TBC yang meninggal dunia di Indonesia cukup banyak. Indonesia juga menjadi negara ketiga tertinggi di dunia untuk jumlah pasien penderita TBC, setelah India dan China.
Pada tahun 2017, kata Presiden, di Indonesia terdapat 165 ribu orang meninggal karena TBC dan di tahun 2018 tercatat 98 ribu orang meninggal karena TBC.
“Dan TBC merupakan salah satu dari 10 penyakit menular yang menyebabkan kematian terbanyak di dunia, lebih besar dibanding HIV, AIDS tiap tahunnya,” ujarnya.
Baca juga: Presiden ingin penanganan TBC dan COVID-19 dilakukan bersamaan
Baca juga: Presiden ingatkan Indonesia peringkat tiga dunia penderita TBC
Oleh karena itu, Kepala Negara meminta upaya pencegahan dan penanganan TBC harus dilakukan lintas sektor. Selain dari sisi pengobatan, jajaran kementerian dan lembaga negara juga harus mendorong pencegahan penularan TBC. Misalnya, dengan menata ulang lingkungan masyarakat karena kondisi lingkungan yang padat, kumuh, dan minim asupan cahaya matahari merupakan tempat yang rawan penularan TBC.
“Untuk tempat tinggal rumah lembab, tanpa cahaya matahari, kurang ventilasi terutama tempat-tempat yang padat. Kepadatan lingkungan ini betul-betul sangat berpengaruh terhadap penularan antar individu sehingga ini bukan hanya di Kementerian Kesehatan, di Kementerian Sosial tapi juga Kementerian PUPR juga harus dilibatkan, dalam pengurangan TBC ini,” ujarnya.
Dari sisi pengobatan, Presiden meminta seluruh alat medis dan farmasi untuk menangani TBC harus tersedia.
"Stok obat-obatan harus dipastikan tersedia, kalau perlu butuh Perpres atau Permen segera terbitkan. Prinsip kita sejak awal segera temukan, obati itu yang dilakukan, seperti yang kita kerjakan pada COVID-19. TBC yang jelas juga menjadi concern kita untuk menyelesaikan," ujarnya.
Baca juga: Presiden Jokowi targetkan Indonesia bebas TBC tahun 2030
Baca juga: Pasien TBC harus lebih waspadai COVID-19
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2020