Banda Aceh (ANTARA News) - Yayasan Leuser Internasional (YLI) menduga organ tubuh harimau telah diperdagangkan di Provinsi Aceh karena akhir-akhir ini banyak kasus kematian binatang dilindungi itu.
"Konflik manusia dan harimau di Kabupaten Aceh Selatan yang berujung pada kematian merupakan salah satu awal mata rantai perdagangan organ bintang buas tersebut," kata juru bicara YLI, Chik Rini, di Banda Aceh, Selasa.
Disebutkan, sepanjang tahun 2007 hingga Agustus 2009 ditemukan 11 ekor harimau mati terbunuh di Aceh Selatan akibat pemasangan jerat, diracun dan ditembak dengan senjata api.
Dari 11 kasus kematian tersebut, kata dia, hanya satu yang diketahui sebagai pelaku perdagangan organ tubuh harimau. Selain itu, harimau juga diburu secara khusus untuk diperdagangkan.
Menurut Chik Rini, lemahnya penegakan hukum menyebabkan pelaku leluasa melakukan transaksi dengan para pengumpul di Medan, Sumatra Utara.
Ia mengatakan, organ tubuh harimau yang sering diperdagangkan adalah tulang, kulit, taring, kuku dan kumis.
Tulang, kata dia, digunakan untuk pengobatan tradisional China, kulit untuk offset/pajangan di dalam rumah para oknum pejabat, pengusaha dan aparat penegak hukum.
Sedangkan taring dan kuku sering digunakan oleh orang China untuk liontin. Semua organ tubuh harimau diperdagangkan di pasar gelap dengan harga yang sangat mahal mencapai puluhan juta rupiah, katanya.
Ia menyatakan, kematian harimau akibat perburuan dan konflik telah menurunkan populasi binatang berwarna loreng itu di KEL.
Kasus kematian harimau di KEL meningkat mulai tahun 2000 dengan cara peracunan, pemasangan jerat, penangkapan melalui kandang perangkap dan perburuan dengan senjata api.
KEL merupakan benteng terakhir dimana harimau Sumatera bertahan hidup. Di provinsi lain, jumlah harimau semakin menurun seiring semakin berkurangnya luas hutan akibat dikonversi menjadi kawasan perkebunan.
Upaya perlindungan KEL sebagai habitat utama harimau Sumatera, akan melindungi spesies langka itu untuk beberapa waktu yang akan datang.
YLI saat ini masih bekerja untuk menyelesaikan pendataan populasi dan penyebaran harimau di KEL bersama WCS dan Denver Zoo, kata Chik Rini.
Makan Ayam
Seekor harimau Sumatera berkelamin betina yang masih muda, Senin (16/10) mati dibunuh Tajab (50), warga Desa Silolo, Kecamatan Pasie Raja, Kabupaten Aceh Selatan setelah kedapatan memakan ayam di kandang.
Tajab dan anaknya mendengar suara harimau di kandang ayam pada pukul 04:30 WIB, setelah memeriksanya, mereka mendapatkan ayam-ayam sudah habis dimakan harimau.
Karena takut harimau mengamuk saat keluar kandang, maka Tajab dan anaknya membacok leher harimau hingga mati. Ketika hari telah terang, Tajab pun melaporkan peristiwa ini kepada penduduk kampung. Kejadian ini selanjutnya dilaporkan ke BKSDA Aceh Selatan.
Dengan disaksikan BKSDA, Polsek, Koramil dan Camat Pasie Raja, harimau kemudian dikuburkan tak jauh dari kandang ayam.
Atas peristiwa itu, BKSDA mengingatkan Tajab untuk tidak membongkar kuburan hingga 6 bulan ke depan, karena dikawatirkan akan dicuri tulang belulangnya.
Pada akhir Mei 2009, seekor harimau jantan dewasa ditemukan mati setelah diracun seorang warga Desa Tinggi Kecamatan Kluet Utara tak jauh dari Kecamatan Pasie Raja, setelah makan daging yang diberi racun oleh pelaku yang bernama H Tayeb.
Harimau dikuburkan di halaman rumah. Selang setengah bulan kemudian seorang penadah organ harimau mendatangi H Tayeb dan membayar uang Rp8 juta untuk mendapatkan tulang belulang.
Chk Rini menyatakan, peristiwa ini tidak ditangani secara serius oleh aparat terkait meski sudah dilaporkan.
Diduga tulang itu dibawa ke Medan untuk diperjualbelikan dengan harga yang mahal, katanya.
(*)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009