Surabaya, (ANTARA News) - Sosiolog Islam Prof Dr H Nur Syam MA menilai film 2012 tak perlu dilarang, karena publik telah dewasa secara rasional dalam menimbang makna film itu.
"Tahun 1990-an sudah pernah ada film serupa dengan judul `The Day After` yang menggambarkan kerusakan yang menyisakan beberapa orang untuk kehidupan baru," katanya kepada ANTARA di Surabaya, Selasa.
Di sela-sela menerima kunjungan Dubes Kanada Mackenzie Clugston ke rektorat IAIN Sunan Ampel Surabaya, Prof Nur Syam yang juga Rektor IAIN Sunan Ampel Surabaya itu mengemukakan hal itu menanggapi "larangan" MUI Kabupaten Malang untuk film itu.
"Mengenai kapan terjadinya hari kiamat merupakan kuasa dari Sang Pencipta. Jadi, kita tidak boleh menentukan hari ataupun tahunnya. Jika hal itu terjadi maka bisa menyesatkan," kata Ketua MUI Kabupaten Malang, K.H. Mahmud Zubaidi di Malang (16/11).
Menurut Prof Nur Syam, larangan itu tidak perlu, karena film itu tidak akan memprofankan (menduniakan) kiamat atau mendangkalkan akidah, sebab masyarakat yang menonton film itu sudah tahu bahwa film itu hanya fiksi.
"Yang namanya fiksi itu hanya untuk memenuhi keingintahuan atau rasa penasaran orang, apalagi bila di dalamnya ada imbas dari media massa yang mendorong untuk menonton film itu, seperti media massa yang `mengundang` paranormal untuk mengomentari," katanya.
Oleh karena itu, katanya, larangan untuk rasa ingin tahu itu akan sia-sia, sebab Al Quran juga tidak memberi gambaran secara rinci tentang kiamat, sehingga muncul pertanyaan eskatologis atau mau dibawa kemana dunia ini sebenarnya.
"Masyarakat ingin tahu kiamat secara empiris, sebab mereka sudah familiar dengan kata-kata kiamat, tapi film itu hanya gambaran yang bersifat fiksi, sehingga mereka yang menonton film itu pun tidak akan terlalu meyakini," katanya.
Ia menambahkan tahun 2012 yang disebutkan dalam film itu pun tidak akan dianggap sebagai kebenaran, karena tahun itu hanya menunjukkan judul.(*)
Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009