Jakarta (ANTARA) - Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kementerian Sosial (Kemensos) RI mengatakan orangtua dan keluarga berperan penting dalam membantu anak untuk menghilangkan stigma negatif penyandang disabilitas intelektual di tengah-tengah masyarakat.
"Selain orang tua dan keluarga, pemerintah terus berupaya menghilangkan stigma negatif terhadap penyandang disabilitas termasuk anak-anak disabilitas intelektual misalnya down syndrome," kata Penasihat DWP Kemensos RI Grace Batubara melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin.
Apalagi, keberhasilan anak-anak tersebut tentunya ditentukan oleh peran orangtua maupun keluarga baik dari segi perawatan dan pengasuhan serta penerimaan yang disertai cinta dan kasih sayang.
Hingga saat ini terdapat berbagai kebijakan dan program pemerintah yang dibangun agar berpihak kepada anak-anak berkebutuhan khusus dari berbagai ragam disabilitas termasuk disabilitas intelektual.
Baca juga: Gucci Beauty gunakan model dengan down syndrome untuk Vogue Italia
Baca juga: Arina Dhisya belajar sindrom down lewat peran di "Down Swan"
Selain pemerintah, dukungan dari berbagai pihak juga diperlukan yaitu partisipasi masyarakat, terutama orang tua dan keluarga dalam membantu anak-anak keluar dari stigma negatif tersebut.
Secara umum, apresiasi terhadap anak-anak penyandang disabilitas intelektual salah satunya dilakukan melalui lomba foto dan video yang diselenggarakan oleh Komunitas Peduli Down Syndrome dalam rangka memajukan kualitas anak disabilitas Indonesia.
Grace Batubara mengapresiasi kegiatan tersebut sebab mengandung makna strategis dalam mendukung memajukan kualitas hidup serta perlindungan bagi anak disabilitas di Tanah Air.
Lomba tersebut diikuti oleh keluarga seluruh Indonesia yang memiliki anak down syndrome. Secara keseluruhan terdapat 103 peserta lomba foto keluarga dan dipilih 10 finalis terbaik.
Kemudian 60 peserta lomba video anak disabilitas intelektual khususnya usia di bawah 12 tahun dan dipilih enam finalis terbaik serta 40 peserta lomba video anak disabilitas intelektual usia di atas 12 tahun dengan dipilih enam finalis terbaik.
"Melalui lomba ini diharapkan disabilitas intelektual dapat berprestasi dan berkreativitas yang tidak kalah dengan anak-anak lainnya," ujar Grace.
Sebenarnya, ujar dia, tidak sedikit anak-anak penderita down syndrome Indonesia yang telah mengharumkan nama bangsa dalam berbagai ajang internasional termasuk bidang olahraga dan seni.*
Baca juga: Penyandang down syndrom unjuk kebolehan menari
Baca juga: Model dengan sindrom down wujudkan mimpi di New York Fashion Week
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020