Bentuknya beragam mulai dari uang, barang, makanan hingga hadiah pernikahan dan berbagai fasilitas lainnya

Jakarta (ANTARA) - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menerima 1.082 laporan penerimaan gratifikasi senilai total Rp14,6 miliar pada kurun waktu Januari sampai Juni 2020.

"Bentuknya beragam mulai dari uang, barang, makanan hingga hadiah pernikahan dan berbagai fasilitas lainnya," kata Plt Juru Bicara KPK Bidang Pencegahan Ipi Maryati Kuding melalui keterangannya di Jakarta, Senin.

Ia mengatakan jenis laporan yang paling banyak diterima berupa uang atau setara uang, yaitu berjumlah 487 laporan.

"Sedangkan yang berjenis barang sebanyak 336 laporan kemudian yang berbentuk makanan berjumlah 157 laporan dan bersumber dari pernikahan baik berupa uang, kado barang, dan karangan bunga sebanyak 44 laporan. Sedangkan untuk jenis fasilitas seperti tiket perjalanan, sponsorship, diskon, dan fasilitas lainnya total 58 laporan," tuturnya.

Baca juga: KPK panggil empat saksi kasus suap-gratifikasi perkara di MA

Sementara, lanjut Ipi, laporan gratifikasi terbanyak selama periode tersebut berasal dari kementerian, yaitu 383 laporan.

"Disusul oleh BUMN berjumlah 244 laporan kemudian lembaga negara/lembaga pemerintah sebanyak 214 laporan dan pemerintah daerah terdiri dari pemerintah provinsi 130 laporan, pemerintah kabupaten/kota 111 laporan," ungkap Ipi.

Sedangkan medium pelaporan yang paling banyak digunakan untuk menyampaikan laporan adalah melalui aplikasi gratifikasi online (GOL) milik Unit Pengendali Gratifikasi (UPG) berjumlah 489 laporan.

"Selanjutnya, GOL individu berjumlah 295 laporan kemudian surat elektronik 199 laporan, surat/pos berjumlah 47 laporan, datang langsung 46 laporan, dan medium lainnya seperti aplikasi whatsapp enam laporan," ujar dia.

Ipi menegaskan pegawai negeri dan penyelenggara negara dilarang menerima gratifikasi yang berhubungan dengan jabatannya dan berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya.

Baca juga: KPK panggil enam saksi kasus suap-gratifikasi perkara di MA

"Gratifikasi tersebut dianggap pemberian suap sebagaimana diatur dalam Pasal 12B Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Ancaman pidananya, yaitu 4 sampai 20 tahun penjara dan denda dari Rp200 juta hingga Rp1 miliar," ujar Ipi.

Namun, kata dia, ancaman pidana tersebut tidak berlaku jika penerima gratifikasi melaporkan kepada KPK paling lambat 30 hari kerja sebagaimana ketentuan Pasal 12C. KPK mengimbau kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara untuk menolak gratifikasi yang dilarang pada kesempatan pertama.

"Jika terpaksa menerima, laporan dapat disampaikan ke KPK melalui UPG pada instansi masing-masing atau melalui aplikasi GOL pada gawai pribadi dengan mengunduh aplikasi tersebut di Play Store atau App Store," kata Ipi.

Selain itu, pelaporan secara daring lainnya dapat dilakukan melalui tautan https://gol.kpk.go.id atau mengirimkan surat elektronik ke alamat pelaporan.gratifikasi@kpk.go.id.

Baca juga: KPK dan Kemenag luncurkan buku Gratifikasi Dalam Perspektif Agama

Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2020