Surabaya, Jatim (ANTARANews) - Wakil Presiden Boediono mengatakan Indonesia sebagai negara tropis, berada di garis depan dalam peperangan melawan wabah penyakit menular.
"Sebagai negara tropis Indonesia sangat rentan bagi berkembangnya virus baru. Ini berarti kita berada di garis depan peperangan pada penyakit menular," kata Wapres Boediono saat peluncuran bibit virus H5N1 (flu burung) di Universitas Airlangga, Surabaya, Jatim, Senin.
Dalam acara tersebut Wapres Boediono didampingi oleh Menkes Endang Rahayu Sedyaningsih, Mendiknas M Nuh, serta Gubernur Jatim Soekarwo dan Wagub Syaifullah Yusuf.
Lebih lanjut Wapres mengatakan, karena berada di garis depan artinya sangat rentan dan berbahaya. Karena itu, kata dia, Indonesia harus mampu dan menguasai teknologi.
"Laboratorium seperti ini kapasitasnya perlu kita tingkatkan dan terus kembangkan. Saya bangga Universitas Airlangga bisa mendobrak, ini salah satu langkah kemandirian," kata Wapres.
Wapres menegaskan bangsa Indonesia tidak boleh terus-menerus bergantung pada bangsa lain. Namun dalam kesempatan itu Wapres mengingatkan agar laboratorium yang ada dijaga sesuai aturan yang ada.
"Ini harus ada protokol yang baik, yang teruji. Jangan sampai kita gagal mengelola teknologi ini. Jangan sampai ada virus yang terlepas, ini akan sangat berbahaya," kata Wapres.
Untuk mengembangkan yang sudah ada, Wapres menyarankan agar juga bekerja sama dengan dunia luar. Era globalisasi, kata dia, Indonesia tidak mau menutup diri lepas dari kehidupan dunia lain.
Sebelumnya, Rektor Unair Fasich mengatakan sejak virus flu burung pertama kali berjangkit di Indonesia, Juni 2005, pihaknya langsung melakukan pengkajian. Virus flu burung, kata dia, penyebarannya telah begitu cepat melompat dari babi ke manusia.
Penelitian di Unair ini, kata dia, nantinya diharapkan akan mampu memproduksi vaksi flu burung hingga 20 juta dosis per tahun.
"Saat ini produksi vaksin flu burung baru 300 juta dosis per tahun. Masih jauh dari kebutuhan yang ada," kata Fasich.(*)
Pewarta: Luki Satrio
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009