"Saat ini RSKD ditunjuk sebagai rumah sakit rujukan ibu hamil dan melahirkan. Tentu pasien bertambah, apalagi semua penanganan harus menggunakan protokol kesehatan Covid saat operasi," ujar Direktur RSKD Makassar, dr Arman Bausat, Senin.
Menurut dia, dengan tingkat kelahiran bayi di rumah sakit milik pemerintah provinsi ini selama masa pandemi cukup tinggi, namun kendala yang timbul adalah penanganan pasien ibu hamil karena memerlukan boks bayi, sementara yang ada tidak banyak.
Tentunya, manajemen mesti berfikir bagaimana menyiasati anggaran untuk keperluan boks bayi, agar semua bisa terakomodir, mengingat rumah sakit mesti melayani pasien dengan baik. Hanya saja pengadaan boks bayi harganya cukup mahal.
Baca juga: Bayi berstatus PDP meninggal dunia di Makassar
Baca juga: Ibu hamil ditolak RS karena biaya, IDI Makassar luruskan disinformasi
"Kalau mau dihitung saat ini diperlukan 50 boks bayi. Untuk satu boks seharga Rp40 jutaan, itu sudah lengkap, tapi sangat mahal. Tidak menjadi masalah dibeli, tapi setelah covid mau disimpan dimana, sementara anggaran juga terbatas," ungkap dia.
Kendati demikian, pihaknya lalu mengambil langkah dengan memodifikasi boks bayi dari bahan tripleks tebal, ditambahkan kantung bayi yang empuk agar bayi lebih nyaman termasuk fasilitas pendukung lainnya. Ini dilakukan sebagai strategi menyiasati penggunaan anggaran.
Arman pun mengemukakan, RSKD Makassar kini telah ditunjuk Gubernur Sulsel HM Nurdin Abdullah sebagai rumah sakit rujukan COVID-19 sekaligus pusat rujukan penangan pasien ibu hamil di awal Juli lalu.
Sehingga, hampir semua rumah sakit yang menangani kelahiran seperti RSIA Pertiwi, dan beberapa Rumkit lainnya di daerah masuk ke RSDK. Alasannya, sejumlah rumah sakit itu belum memiliki standar penanganan COVID-19.
"Ada banyak ibu hamil yang terdeteksi terpapar Corona, sehingga dirujuk ke sini. Pak gubernur menunjuk RSKD untuk penanganannya, lalu disiapkan Gedung Anggrek yang di belakang. Ada 60 tempat tidur disiapkan serta terintegrasi dengan ruang operasi. Kini ruangan sudah penuh," ungkap dia.
Sejauh ini, penanganan pasien ibu hamil masih berjalan, meskipun pihaknya kelabakan karena banyaknya pasien masuk bahkan dari daerah. Sehari, kelahiran bisa sampai tiga orang. Soal kematian bayi, pihaknya tidak memungkiri ada beberapa kasus.
"Kendalanya, hasil tes usap (swab) terlambat keluar. Ada kasus yang lalu pihak keluarga mengamuk meminta bayinya dibawa keluar, meski ibunya berstatus PDP (suspek), belakangan anaknya positif. Tapi kami terus memberikan edukasi, termasuk membujuk keluarga agar bersabar, sebab ini ujian," ujarnya.*
Baca juga: Insentif tenaga kesehatan RSKD Makassar belum cair
Baca juga: 300 pasien COVID-19 sembuh di RSK Dadi Makassar
Pewarta: M Darwin Fatir
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020