"Dana yang diperoleh itu akan untuk membangun sembilan titik pembuatan talud penahan banjir, di antaranya di Desa Waiman, Desa Umaloya, Desa Wai Ipa, Desa Manggon ada dua tempat dan Desa Kawata itu yang dianggarkan oleh BNPB Pusat dengan nilai Rp10 miliar," kata Kabid III BPBD Kabupaten Kepulauan Sula, Fari Waris melalui siaran pers, Senin.
Menurut dia, BPBD telah mendapatkan dana hibah sebesar Rp10 miliar lebih itu yang bersumber dari Pendapatan Belanja Negara (APBN) dari BNPB Pusat dalam pembuatan talud penahan banjir di sembilan titik khususnya Kabupaten Kepulauan Sula.
Dalam dua pekan ini banjir menggenangi sejumlah desa di Kepulauan Sula, akibatnya ratusan masyarakat harus mengungsi di berbagai titik yang disediakan Pemkab setempat.
Baca juga: Banjir kepung sejumlah tempat di Maluku Utara
Baca juga: Basarnas cari korban hilang terbawa banjir bandang Sungai Kalipitu
Menurut dia, sebenarnya usulan untuk pembangunan talud sejak tahun 2017, namun realisasi pelaksanaannya pada tahun 2020 usulan itu melalui proposal permintaan anggaran.
Olehnya itu, saat ini dana telah terealisasi akan digunakan untuk pembangunan fisik, yakni di Desa Wai Ipa, Desa Waiman, Desa Mangon, sementara yang belum terealisasi di Desa Umaloya dan Desa Kawata, akan tetapi bahannya sudah ditampung tinggal dikerjakan.
"Saya mengingatkan para pemenang tender, agar setiap kinerja harus diperhatikan, sehingga tidak terjadi kesalahan-kesalahan yang akan menjadi sorotan publik. Jadi yang belum terealisasi fisik tinggal menunggu waktu untuk kerja, karena semua bahan materialnya telah disiapkan," katanya.
Sementara itu, sejumlah daerah fokus membenahi talud dan drainase menyusul datangnya musim hujan dalam sepekan terakhir.
Hal tersebut dilakukan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Kota Ternate dengan membenahi sarana drainase, guna mengantisipasi terjadinya banjir saat datangnya musim hujan.
Kadis PUPR Kota Ternate, Rizval Tri Budianto ketika dihubungi menyatakan pembenahan drainase ini menggunakan dana APBD tahun 2019 senilai Rp2,5 miliar untuk perbaikan drainase secara bertahap, guna antisipasi terjadinya banjir, skala kawasan.
Menurut dia, revitalisasi sebagai skala kawasan, sudah tidak lagi memadai untuk permukiman. Kondisinya tidak lagi seperti 30 tahun lalu. Sudah tidak mampu menampung saluran rumah tangga dan musim hujan.
Dia menyatakan, pembenahan jalan di sekitar Bank Indonesia hingga ke arah Hotel Batik itu karena jalan itu menjadi saluran air langganan banjir saat musim hujan datang.*
Baca juga: Puluhan warga mengungsi akibat banjir
Baca juga: Hujan Lebat Timbulkan Banjir di Sejumlah Lokasi
Pewarta: Abdul Fatah
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020