Jeddah, (ANTARA News) - Sekjen Departemen Agama Bahrul Hayat PhD selaku Amirul Haj meminta Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Indonesia (PPIH) memberikan layanan optimal kepada jemaah calon haji yang berada di Tanah Suci untuk melaksanakan rukun Islam kelima.

"Saya kira tidak ada masalah yang berarti, yang penting upayakan pelayanan seoptimal mungkin pada tamu-tamu Allah, " kata Bachrul di Jeddah, Senin.

Menurut dia, tentu saja masih tersisa masalah-masalah kecil, baik internal maupun eksternal dalam pelaksanaannya di lapangan yang perlu diperbaiki atau dikoordinasikan dengan pihak-pihak terkait.

Masalah internal, antara lain pengetahuan calon haji dan petugas yang minim karena baru sekali naik haji, latar belakang pendidikan calhaj yang berbeda-beda, ditambah lagi dengan usia calhaj yang rata-rata sudah lanjut.

Sedangkan masalah eksternal, menurut dia, misalnya mengenai perubahan kebijakan oleh pemerintah setempat atau koordinasi dengan penyelenggara pelayanan lokal yang perlu ditingkatkan lagi.

Contohnya, mengenai pemondokan jemaah, menurut dia, PPIH telah mencadangkan satu persen tambahan penyewaan pondokan di Mekah untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya pekembangan baru di lapangan.

Menurut catatan, tahun ini PPIH menyewa 407 pemondokan bagi sekitar 196.100 calhaj reguler, 115 yang diperuntukkan bagi 52.500 calhaj (26,4 persen) berada di Ring 1 (berjarak maksimal dua Km dari Masjidil Haram) dan 292 lagi di Ring 2 (berjarak maksimal tujuh Km dari Masjidil Haram untuk 143.600 calhaj (73,4 persen).

Antisipasi mengenai sewa pemondokan di Mekah menjadi agak terganggu akibat keluarnya kebijakan baru pemerintah Arab Saudi yang mengharuskan pondokan berlantai tiga keatas memiliki tangga darurat.

Akibatnya, PPIH terpaksa mencari pemondokan pengganti untuk menggantikan pemondokan yang tidak memenuhi persyaratan baru tersebut. Sejauh ini PPIH telah berusaha mencarikan pemondokan pengganti yang lokasinya berdekatan dengan pemondokan bagi jemaah Indonesia lainnya, namun belum dikonfirmasi lagi apakah jumlahnya sudah mencukupi.

Menurut Sekjen, mengenai masalah penyediaan pemondokan, sejauh ini lancar-lancar saja, kecuali masalah klasik yang masih terjadi sepanjang tahun misalnya keluhan sempitnya kamar, terbatasnya lift dan toilet atau kamar mandi.

Tentang masalah makan calhaj pada acara puncak di Padang Arafah nanti, ia juga sudah nmeminta PPIH untuk berkoordinasi dengan para maktab (penyelenggara layanan haji setempat) guna mengantisipasi kemungkinan terburuk, dengan menyiapkan cadangan makanan dan juga tambahan meja-meja tempat penyediaan makanan agar jemaah tidak saling berebutan.

Sejak beberapa tahun ini, hidangan untuk jemaah di Armina diberikan dengan prasmanan, mengingat dengan nasi kotak yang diberlakukan sebelumnya, sejumlah jemaah tidak kebagian

jatah.

Selain itu, dengan sistem prasmanan, kualitas hidangan yag disajikan mudah terlihat, walaupun dalam penyajiannya nanti harus diatur agar calhaj yang makan belakangan tidak kehabisan.

Sebanyak 70 maktab akan mengurusi antara 2.500 sampai 3.000 jemaah calon haji reguler Indonesia (dulu ONH) yang berjumlah sekitar 196.100 orang.

di Padang Arafah

Mengenai penempatan calhaj di tenda-tenda di Armina (Arafah, Muzdalifah dan Mina), menurut Sekjen, biasanya lokasinya tidak berubah sepanjang tahun, jadi tidak ada masalah.

Mengenai layanan "shuttle bus" dari pemondokan ke Masjidil Haram yang dikeluhkan jemaah, Sekjen mengakui hal itu memang dilematis, karena pihak Arab Saudi lepas tangan, sementara PPIH karena keterbatasan (keleluasaan di negeri orang-red) tidak mampu mengelolanya sendiri.

Jemaah mengeluh karena sering harus menunggu datangnya bus yang akan membawa mereka ke Masjidil Haram berjam-jam di halte, sementara bus yang ditunggu tidak kunjung datang.

Hal itu terjadi karena pengemudi bus-bus yang sebagian besar berkebangsaan Syria atau Mesir tidak disiplin dan sering mangkir dari jadwal tugasnya.

Menanggapi hal ini, Sekjen akan meminta PPIH untuk mengawasi dan mencatat pelanggaran-pelangaran yang dilakukan dan meminta denda kepada pihak penyelenggara (Muasassah) jika tidak bisa melaksanakan kewajibannya sesuai isi kontrak yang telah disepakati sebelumnya.

PPIH menyewa 315 bus dari Muasassah yang berdasarkan kontrak, bus-bus yang akan digunakan ditingkatkan terus jumlahnya hari per hari sesuai dengan jumlah jemaah yang terus meningkat menjelang acara puncak.

Prosesi puncak haji mulai berlangsung pada 26 November saat jemaah mulai bergerak dari Mekah untuk Wukuf (merenung diri) di Arafah pada 9 Zulhijah (26 Nov), dilanjutkan dengan Mabit (persiapan Jumrah) di Muzdalifah, dan melempar jumrah mulai 10 Zulhijah dan tiga hari setelah itu.

Jumrah dilakukan guna memperingati saat Nabi Ibrahim digoda setan untuk membangkang dari perintah Allah menyembelih puteranya, Ismail.

Pada bagian lain, Bahrul mengimbau calhaj agar berkonsentrasi penuh dan menyiapkan diri sebaik-baiknya menjelang Safari ke Padang Arafah yang merupakan acara puncak ibadah haji nanti.(*)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009