Denpasar, (ANTARA News) - Bintang utama film "Eat, Pray, Love" atau EPL Julia Roberts selama menjalani proses pengambilan gambar di Bali adegannya sering diulang karena lupa naskah dari skenario.
"Julia Roberts yang banyak tak hafal naskah dan banyak improvisasinya. Inilah yang membuat saya bingung, karena yang saya hafalkan juga kata terakhir dari naskahnya Julia baru bisa masuk ke dialog saya," kata Hadi Subiyanto yang berperan sebagai Ketut Liyer dalam film EPL di Denpasar, Senin.
Meskipun demikian, suami dari Sumirahayu yang memerankan tokoh dukun sekaligus guru spiritual Julia Roberts dalam film tersebut, tak banyak mengalami hambatan ketika melakukan dialog bersama sang pelakon Pretty Woman.
Bahkan pria kelahiran Probolinggo, Jawa Timur yang memerankan sosok Ketut Liyer ini mengaku sampai hafal hingga titik koma tentang apa yang harus diucapkan. Ketut Liyer bahwa bingung dengan akting yang dilakukan Hadi.
"Wah, kamu mainnya bagus sekali dan justru saya bingung karena kalau saya yang memerankan itu belum tentu bisa sebagus itu," kata Hadi menirukan ucapan Liyer.
Ia mengemukakan, adegan yang diulang tak hanya karena pemain atau karena mereka lupa naskah, tetapi seringkali juga karena adanya angin yang kencang sehingga sutradara memotong adegan.
"Saya sebenarnya tidak enak mengucapkannya karena bahasa Inggris Liyer tidak baku. Sutradara juga memperbolehkan saya untuk melakukan improvisasi, tapi saya yang tidak mau," ungkap dia.
Saat ditanya apa resepnya dapat menghafal seluruh naskah hingga titik koma di usianya yang sudah 67 tahun, Hadi mengatakan bahwa dia harus melibatkan seluruh indra yang dimiliki.
Saat bertemu dengan Liyer, Hadi menolak untuk menghafalkan mantra tertentu sehingga saat pengambilan gambar di hari terakhir, hanya suara Liyer asli yang masuk ketika adegan sedang bersembahyang di Pura.
Hadi bercerita bahwa Liyer memberikan kenang-kenangan sebuah buku manusia berkaki empat. Bagi dia, hal itu memiliki filosofi yang dalam, yaitu apapun cobaan yang dihadapi tetaplah tegar berdiri seolah-olah memiliki empat kaki.
"Jangan melihat dunia dengan kepala tetapi juga dengan hati," ujarnya.(*)
Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009