"Deklarasi APEC konsisten dengan G20, dengan neoliberalisme (Washington Consensus). Barat tidak ingin melepas dominasi ekonomi politiknya. Indonesia seperti diduga, akan mengikuti jalan ini," kata Ekonom Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan UGM itu kepada ANTARA, Senin.
Dalam deklarasi tersebut disepakati untuk mempromosikan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan menolak proteksionisme, mendukung sistem perdagangan multilateral dan mewujudkan penyatuan ekonomi kawasan.
Pertemuan puncak APEC ke-17 di Singapura tersebut juga menyepakati untuk bekerjasama memperkuat momentum untuk menuju pertumbuhan global yang kuat, berkelanjutan dan berimbang sebagaimana disepakati dalam Forum G-20.
Juga dibahas agenda perdagangan dan investasi yang akan memperkuat penyatuan ekonomi kawasan Asia Pasifik.
"Perdagangan bebas dan kebebasan modal untuk bergerak semakin menguat seiring dengan menguatnya keputusan forum itu untuk mendorong perdagangan bebas di kawasan. Kondisi ini oleh AS akan dijadikan cara mempertahankan dominasi di kawasan Asia khususnya Indonesia," katanya.
Ia menjelaskan, saat ini peran ekonomi barat yang dipimpin oleh AS tengah menurun seiring dengan munculnya kekuatan ekonomi baru dari Timur yaitu China yang juga diikuti oleh India.
Sementara di belahan Eropa muncul Rusia yang menggeliat. Disisi lain, beberapa negara di Amerika Latin seperti Brazil dan Venezuela serta negara di kawasan Timur Tengah seperti Iran masih terus melakukan perlawanan ekonomi AS.
AS dalam beberapa tahun ini merasa kewalahan, apalagi dengan krisis keuangan yang menghantam AS secara hebat. Disatu sisi, perekonomian China meski sempat dikhawatirkan anjlok, ternyata mampu bertahan dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Pertumbuhan yang kuat dari China dan India semakin memperkokoh peran mereka dalam ekonomi, terutama menarik keluar negara-negara terutama kawasan Asia, keluar dari krisis.
Forum APEC yang juga diikuti oleh AS menjadi forum strategis bagi AS untuk tetap mempertahankan dominasi ekonominya terutama di kawasan Asia Pasifik.
"Deklarasi APEC sebenarnya mengirim pesan kepada dunia, peperangan ekonomi berlanjut. AS akan meminta sekutu-sekutunya tetap setia di saat RRC, India, Rusia, Brazil bersama Iran dan Venezuela siap siaga melakukan perlawanan," katanya.
Ia menambahkan, dalam peperangan ekonomi yang terjadi saat ini, Indonesia bisa menjadi korbannya. Sebab saat ini Indonesia tidak siap dengan perang ekonomi yang berlangsung.
"Bersiaplah menjadi kurban perang ekonomi. Karena kita memang tidak dalam kesiapan berperang. Dengan kondisi itu, pengangguran, kemiskinan dan ketimpangan akan berlanjut," katanya.
Sementara itu, APEC saat ini terdapat 21 anggota yang terdiri dari Australia, Amerika Serikat, Kanada, Singapura, Korea Selatan, Jepang, Taiwan, Hongkong, Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Filipina,Thailand, Vietnam, Rusia, Papua Nugini, Chili, Meksiko, Selandia Baru, Peru dan China.(*)
Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009