Abuja (ANTARA News/AFP) - Presiden Nigeria Umaru Yar`Adua melakukanpembicaraan yang terbuka dan membuahkan hasil dengan sejumlah tokohgerilya Sabtu dalam upaya mengakhiri konflik di kawasan Delta Niger,kata jurubicaranya, Minggu.
Yar`Adua bertemu dengan para mantanpemimpin Gerakan bagi Emansipasi Delta Niger (MEND), kelompokpemberontak utama di kawasan tersebut, katanya.
Militan mengobarkan kekerasan dan menyerang fasilitas-fasilitas dikawasan kaya minyak itu selama lebih dari tiga tahun dengan mengatakanbahwa mereka berjuang untuk memperoleh bagian lebih besar dari kekayaanminyak bagi masyarakat di daerah itu.
Olusegun Adeniyi, jurubicara Yar`Adua, mengatakan, pembicaraan Sabtuitu "terbuka dan membuahkan hasil" dan presiden "menggunakan pertemuantersebut untuk menegaskan lagi komitmennya bagi perdamaian menyeluruhdan pembangunan Delta Niger".
Penulis pemenang Hadiah Nobel, Wole Soyinka, juga mengambil bagian dalam pembicaraan tersebut, kata Adeniyi.
MEND, yang diwakili pada pertemuan itu oleh Henry Okah et Farah Dagogo,mengatakan dalam sebuah pernyataan, pembicaraan dua jam itu "terbuka,bersahabat dan bermanfaat".
"Pertemuan itu menyoroti awal dialog yang serius, bermanfaat antaraMEND dan pemerintah Nigeria untuk menangani dan mengatasi permasalahanutama yang telah lama terbengkalai," kata pernyataan itu.
Pada Juni, Yar`Adua juga melakukan salah satu upaya paling serius untukmengendalikan kerusuhan yang membuat Nigeria gagal memproduksi lebihdari duapertiga kapasitas minyaknya, sehingga negara itu rugi milyarandolar, dengan menawarkan amnesti tanpa syarat kepada gerilyawan.
Lebih dari 15.000 gerilyawan di daerah penghasil minyak Delta Nigerdikabarkan telah menyerahkan senjata mereka dan menerima pengampunantanpa syarat berdasarkan program presiden tersebut.
Program amnesti tawaran Yar`Adua itu, yang diberlakukan dari 6 Agustushingga 4 Oktober, bertujuan melucuti senjata militan, mendidik danmerehabilitasi militan dan penjahat di Delta Niger.
Sebagai bagian dari upaya amnesti itu, pemerintah pada 13 Julimembebaskan Henry Okah, seorang pemimpin MEND, setelah tuduhanterhadapnya dibatalkan.
MEND menanggapi langkah itu dengan mengumumkan gencatan senjata 60 hari dalam "perang minyak" mereka.
Gerakan bagi Emansipasi Delta Niger (MEND), kelompok paling lengkappersenjataannya diantara sejumlah kelompok pemberontak yang beroperasidi wilayah selatan penghasil minyak, mengklaim melancarkan sejumlahserangan sejak pemerintah Nigeria menawarkan amnesti pada Juni.
MEND telah mendesak semua perusahaan minyak yang masih beroperasi diDelta Niger segera pergi, dengan mengancam melancarkanserangan-serangan baru.
MEND bertanggung jawab atas serangkaian serangan terhadapperusahaan-perusahaan minyak besar yang mencakup Shell, Chevron danAgip.
Serangan-serangan itu sempat membuyarkan harapan bahwa tawaran amnesti akan menciptakan masa tenang.
Delta Niger sejak 2006 dilanda kerusuhan oleh kelompok-kelompokbersenjata yang menyatakan berjuang untuk pembagian lebih besar darikekayaan minyak di kawasan itu bagi penduduk setempat.
Kerusuhan itu telah menurunkan ekspor minyak Nigeria menjadi 1,8 jutabarel per hari, dari 2,6 juta barel tiga setengah tahun lalu.
Kelompok MEND, yang bulan Juni mengumumkan "perang minyakhabis-habisan" yang bertujuan menghentikan produksi, mengakhirigencatan senjata pada 31 Januari setelah serangan militer terhadapsalah satu kamp mereka di Delta Niger, dan memperingatkan mengenaiserangan besar-besaran terhadap industri minyak.
MEND mengumumkan gencatan senjata pada September namun berulang kalimengancam akan memulai lagi serangan jika "diprovokasi" oleh militerNigeria.
Militer Nigeria memulai ofensif terbesar dalam beberapa tahun ini padapertengahan Mei, dengan membom kamp-kamp militan di sekitar Warri dinegara bagian Delta dari udara dan laut dan mengirim tiga batalyonpasukan untuk menumpas pemberontak yang diyakini telah melarikan dirike daerah-daerah sekitar.
Militer menyatakan tidak bisa berpangku tangan lagi setelahserangan-serangan terhadap pasukan, pemboman pipa minyak dan pembajakankapal minyak, yang semuanya membuat Nigeria gagal mencapai produksipenuhnya selama beberapa tahun ini.
Geng-geng kriminal juga memanfaatkan keadaan kacau dalam penegakanhukum dan ketertiban di wilayah itu. Lebih dari 200 warga asing diculikdi kawasan delta tersebut dalam dua tahun terakhir. Hampir semuanyadari orang-orang itu dibebaskan tanpa cedera.
Nigeria adalah produsen minyak terbesar Afrika namun posisi tersebutkemudian digantikan oleh Angola pada April tahun lalu, menurutOrganisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC).(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009