Pekanbaru (ANTARA News) - Sejumlah aktivis Greenpeace membatalkan keputusan mereka untuk meninggalkan hutan rawa gambut Semenanjung Kampar, Riau dengan tetap bertahan di kamp perlindungan iklim menyusul didapatkannya dukungan dari warga setempat.
"Kami menarik keputusan kemarin dan menyatakan tetap bertahan di rawa gambut ini karena diminta warga," kata Juru Kampanye Hutan Greenpeace Asia Tenggara, Bustar Maitar, di Semenanjung Kampar, Riau, Minggu.
Sebelumnya, pada siang hari ratusan warga dari Semenanjung Kampar mendatangi Kamp Perlindungan Iklim Greenpeace yang berada di tepi Sungai Kampar dan menyatakan dukungan agar para penggiat lingkungan itu tidak ke luar dari daerah itu.
Menurut warga, jumlah masyarakat yang menolak kehadiran Greenpece di Semenanjung Kampar dan melakukan demonstrasi sehari sebelumnya jauh lebih sedikit dibanding warga yang mendukung.
Karena sejak para penggiat lingkungan itu hadir dan kemudian mendirikan kamp yang bertujuan menyelamatkan hutan Indonesia, membawa dampak positif bagi warga khususnya terkait ancaman kerusakan hutan alam di daerah itu.
Bustar membantah jika aksi dukungan warga tersebut merupakan manuver terhadap perlawanan masyarakat yang tidak mengingikan Greenpeace. Pihaknya juga mengaku tidak mengeluarkan uang sepeser pun untuk aksi dukungan tersebut.
Pihaknya juga telah berkonsultasi baik dengan kuasa hukum atau kepolisian setempat dan keputusan Greenpeace untuk tetap bertahan di area lahan gambut itu bukan merupakan tindakan yang melawan hukum.
Opini terjadi penolakan di tengah masyarakat merupakan hal yang tidak benar, namun sepenuhnya diserahkan kepada keputusan aparat hukum setempat, ujarnya.
"Secara profesional, jika polisi ingin mengusir kami silakan, tapi kami akan tetap bertahan bersama masyarakat," tegasnya.
Di lokasi itu warga mendukung Greenpeace setelah sehari sebelumnya mereka ikut berdemonstrasi. Mereka mengaku menyesal dan menyatakan ketidaktahuan kalau mereka telah diperalat.
Suwandi (20), warga Desa Teluk Meranti, mengatakan, beberapa hari sebelum aksi penolakan itu digelar tekanan dan ancaman yang didapat warga dari aparatur pemerintah setempat cukup tinggi.
Bagi mereka yang berstatus sebagai guru honor akan diberhentikan dan bagi mereka yang berstatus pegawai negeri sipil diancaman mutasi jika tidak mendukung hengkangnya Greenpeace dari kawasan hutan alam itu.
"Warga telah dibodohi, diadu domba dan diperalat. Jika mereka tetap mengusir Greenpeace maka PT Riau Andalan Pulp and Paper juga harus diusir karena telah merusak hutan kami," ujarnya. (*)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009