Singapura (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan akan hadir dalam pertemuan perubahan iklim PBB di Copenhagen, Denmark, pada Desember 2009 untuk memberikan dukungan politik dan moral.
Hal itu dikemukakan oleh Juru Bicara Kepresidenan Dino Patti Djalal di Hotel Marina Mandarin, Singapura, Minggu pagi, seusai mendampingi Presiden Yudhoyono melakukan jamuan makan pagi bersama para pemimpin ekonomi Forum Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) guna membahas tentang perubahan iklim.
"Satu hal yang signifikan yang dikatakan Presiden Yudhoyono adalah beliau akan hadir di Copenhagen untuk memberikan dukungan politik, dukungan moral agar Copenhagen ini sesuai yang diharapkan oleh `Peta Jalan Bali`," ujarnya.
Presiden, lanjut Dino, menginginkan agar pertemuan di Copenhagen dapat betul-betul menjadi sejarah untuk menciptakan konsensus global baru pasca Protokol Kyoto yang akan habis masa berlakukanya pada 2012.
"Tapi moodnya itu yang perlu kita cermati bahwa jangan dianggap bahwa Copenhagen itu otomatis berhasil dan sukses," ujar Dino.
Ia mengatakan bahwa tidak tertutup kemungkinan pertemuan di Copenhagen akan sama rumitnya dengan pertemuan UNFCCC di Bali pada Desember 2007 dimana pada menit-menit terakhir baru ada kesepakatan.
"Itupun setelah diperpanjang satu hari dan kita membaca Copenhagen juga akan sama rumitnya," tuturnya.
Lebih lanjut Dino mengatakan bahwa Presiden telah mengumumkan Indonesia akan melakukan terget menurunkan emisi 26 persen pada 2020. Indonesia juga menyatakan bersedia naik sampai 41 persen kalau ada perkembangan yang lebih signifikan.
Menurut Dino, itu adalah suatu sinyal dari Presiden Yudhoyono kepada seluruh dunia bahwa sekarang waktunya berpikir lebih terbuka (thinking outside the box).
"Jangan hanya terpaku pada sekat-sekat konvensional yang selama ini berlaku. Kalau kita ingin menghasilkan kesepakatan global inilah kesempatannya. Karena kalau kita melewatkan kesempatan ini mungkin akan sulit dan dampaknya bagi umat manusia dan planet bumi," katanya.
Sekitar pukul 07.30 waktu setempat para pemimpin ekonomi mulai berdatangan ke Hotel Shangri-La, tempat dimana Presiden Amerika Serikat Barack Obama menginap selama mengikuti pertemuan puncak ke-17 APEC. Presiden Yudhoyono datang dengan didamping oleh Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa dan Juru Bicara Kepresidenan Dino Patti Djalal.
Presiden Yudhoyono adalah salah satu tokoh yang memiliki komitmen tinggi untuk mendorong kesuksesan pertemuan PBB tentang Perubahan Iklim. Indonesia mengawali pembahasan mengenai upaya dunia untuk mencari suatu pengganti Protokol Kyoto yang akan berakhir pada 2012 di Bali pada Desember 2007.
Sejumlah kepala negara yang tampak turut hadir dalam pertemuan Minggu pagi itu antara lain Sultan Brunei Darussalam Hassanal Bolkiah, Perdana Menteri Malaysia Dato` Sri Najib Razak, Perdana Menteri Selandia Baru John Key. Presiden Vietnam Nguyen Minh Triet, Perdana Menteri Thailand Abhisit Vejjajiva, Presiden Korea Selatan Lee Myung-bak, Perdana Menteri Australia Kevin Rudd, Presiden Filipina Gloria Macapagal Arroyo, dan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong.(*)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009