Pernyataan Presiden Jokowi bahwa sekalipun COVID ada, tapi pembangunan infrastruktur tetap jalan, ini merupakan sinyal bagus dari pemerintah untuk industri otomotif nasional
Jakarta (ANTARA) - Industri otomotif nasional pada masa pandemi COVID-19 dinilai masih tetap prospektif, yang terlihat dari menggeliatnya kembali volume penjualan, pembangunan infrastruktur, yang terus dilakukan, dan masih tingginya kapasitas produksi dengan didukung populasi kelas menengah.
Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan (IMATAP) Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika saat dihubungi di Jakarta, Minggu, mengatakan pertumbuhan industri otomotif nasional ke depan masih akan menunjukkan geliat yang cukup atraktif, hal ini didorong pertumbuhan jumlah kelas menengah rata-rata sebesar 12 persen per tahun sesuai laporan Bank Dunia.
"Di samping itu, dalam laporan Bank Dunia tersebut, jumlah kelas menengah di Indonesia pada 2018 telah menembus 30 persen dan angka tersebut meningkat pada 2019 mendekati separuh dari populasi penduduk Indonesia atau sekitar 115 juta penduduk saat ini masuk dalam kategori kelas menengah," kata Putu.
Baca juga: Strategi industri otomotif siasati lesunya penjualan di tengah pandemi
Perkembangan jumlah kelas menengah tersebut sebagai elemen utama penggerak roda produksi kendaraan bermotor di Indonesia selain gencarnya pembangunan infrastruktur jalan tol dan jalan umum dalam beberapa tahun terakhir, dan rasio kepemilikan kendaraan bermotor roda empat di Indonesia yang masih relatif rendah yaitu 87 kendaraan per 1.000 penduduk.
Pada 2019, produksi kendaraan roda empat mencapai 1,28 juta unit kendaraan (setara 13,17 miliar dolar AS) atau turun 4,2 persen dari tahun sebelumnya.
Namun demikian, kinerja ekspor kendaraan bermotor tahun 2019 baik dalam bentuk CBU (mobil dalam keadaan utuh) maupun CKD (mobil dirakit di dalam negeri) mengalami peningkatan cukup signifikan dari tahun sebelumnya yaitu untuk ekspor CBU sebanyak 332 ribu unit meningkat 25,7 persen dari tahun sebelumnya dan ekspor CKD sebanyak 511 ribu set atau meningkat 523 persen dari tahun sebelumnya.
Penjualan kendaraan bermotor (KBM) roda empat atau lebih pada 2019 masih didominasi jenis kendaraan multifungsi (MPV) di bawah 1.500 cc sebanyak 442 ribu unit atau menyumbang sekitar 43 persen dari total penjualan nasional, dan jenis kendaraan bermotor roda empat yang hemat energi dan harga terjangkau (KBH2) di bawah 1.200 cc sebanyak 217 ribu unit atau menyumbang sekitar 21 persen dari total penjualan nasional.
Putu mengatakan saat ini Indonesia memiliki 22 perusahaan industri KBM roda 4 atau lebih yang memiliki fasilitas perakitan dan atau manufaktur di dalam negeri dengan kapasitas produksi sekitar 2,2 juta unit per tahun dan menyerap tenaga kerja langsung sebanyak 75 ribu orang serta tenaga kerja tidak langsung sebanyak 1,5 juta orang.
Di samping itu, saat ini ada sekitar 1.550 perusahaan industri bahan baku dan komponen otomotif dalam negeri yang terdiri atas 550 perusahaan industri merupakan tier 1 dan 1.000 perusahaan industri merupakan tier 2 dan 3.
Dari jumlah tersebut, 237 perusahaan industri tergabung dalam GIAMM (Gabungan Industri Alat Mobil dan Motor) dan 128 perusahaan industri tergabung dalam PIKKO (Perkumpulan Industri Kecil dan Menengah Komponen Otomotif).
Baca juga: RI jajaki kesepakatan dagang virtual bidang otomotif dengan Italia
Sempat turun
Sekjen Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Kukuh Kumara mengakui industri otomotif nasional, bahkan dunia, memang sempat turun padahal sedang ada upaya untuk bangkit usai adanya pemilihan presiden dan wakil presiden, tapi turun lagi dengan adanya COVID-19.
Data 10 tahun belakangan volume penjualan dalam negeri rata-rata sudah di atas satu juta dari 2010-2011.
Namun, pemilu tahun lalu dan COVID-19 tahun ini menyebabkan penjualan turun. Meski demikian, yang menarik adalah rasio kepemilikan mobil dari yang semula 80-87 mobil per seribu penduduk, tahun lalu Indonesia sudah naik 99 mobil per seribu penduduk.
Dikatakan, volume penjualan otomotif paling rendah akibat pandemi adalah pada Mei, yakni hanya mampu menjual 3.551 unit, padahal biasanya bisa melakukan penjualan sekitar 90 ribu-100 ribu unit.
"Tapi pada bulan Juni volume penjualan mulai membaik lagi dan sudah mencapai lebih 12 ribu-an unit. Ini merupakan sinyal bagus untuk segera pulih untuk sektor otomotif," kata Kukuh.
Industri otomotif Indonesia di kawasan ASEAN sebenarnya sudah sangat berkembang, sekalipun masih berada di belakang Thailand yang menempati urutan satu dengan munculnya pesaing baru datang dari Vietnam.
Namun, katanya, dengan kebersamaan pemerintah dan swasta yang solid diharapkan industri otomotif nasional bisa tumbuh lebih baik lagi.
Hal lain yang ikut mendorong prospek otomotif Indonesia akan berkembang, ungkap Kukuh, adalah pembangunan infrastruktur tetap berjalan walaupun COVID-19 belum selesai.
"Pernyataan Presiden Jokowi bahwa sekalipun COVID ada, tapi pembangunan infrastruktur tetap jalan, ini merupakan sinyal bagus dari pemerintah untuk industri otomotif nasional," katanya.
Gaikindo menilai terus berjalannya pembangunan infrastruktur akan berimbas pada pemerataan ekonomi di daerah-daerah.
Kondisi ini pula yang mengakibatkan penjualan kendaraan bermotor mulai merata di hampir semua daerah dan tidak lagi terpusat di Pulau Jawa.
"Kalau 20 tahun lalu sebesar 80 persen penjualan kendaraan terkonsentrasi di Pulau Jawa, tapi sekarang penjualan di Jawa hanya 40 persen," katanya.
Kukuh mengatakan pula pihaknya ikut mendorong dan mendukung program kendaraan listrik sebagai kendaraan alternatif untuk mengurangi bahan bakar fosil.
Meskipun demikian, ia mengakui, masih banyak hal yang harus dibenahi dan dilakukan oleh pemerintah dan swasta agar program kendaraan listrik bisa tumbuh dan berjalan dengan baik dan berjalan lancar.
Baca juga: Kemenperin jajaki peluang pasar IKM logam otomotif
Baca juga: Kemenperin bareng Tokopedia dorong inovasi penjualan otomotif daring
Pewarta: Ahmad Wijaya
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020