Singapura (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melakukan pertemuan dwipihak dengan Perdana Menteri Thailand Abhisit Vejjajiva di sela-sela pertemuan puncak ke-17 Forum Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik (APEC).

Pertemuan yang dijadwalkan berlangsung lebih kurang 30 menit pada pukul 09.00-09.30 waktu setempat itu dilakukan di Ruang Gemini, Hotel Marina Mandarin, Singapura, Minggu pagi.

Belum diketahui detil pembicaraan antara kedua kepala pemerintahan, namun Indonesia dan Thailand sama-sama merupakan anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dan pada Minggu sore akan dilangsungkan pertemuan puncak pertama ASEAN-AS.

Selain itu, mengingat pada Minggu siang Presiden Yudhoyono juga akan menerima Perdana Menteri Kamboja Hun Sen, maka boleh jadi isu mengenai perseteruan perbatasan Thailand-Kamboja menjadi salah satu topik pembahasan.

Sebelumnya, juru bicara kepresidenan Dino Patti Djalal mengatakan bahwa Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa telah melakukan komunikasi dengan timpalannya dari Thailand, Kasit Piromya.

"Kita harap ketegangan ini dapat selesai dengan baik," ujarnya.

Pertikaian antara Kamboja dan Thailand --kedua negara yang berbatasan darat-- berpusat pada semak belukar seluas 4,6 km persegi di dekat kuil kuno berusia 900 tahun, Preah Vihear, di hutan tebing curam yang memisahkan kedua negara.

Kedua negara sudah terlibat pertikaian sejak berabad-abad lalu ketika kerajaan Thailand dan Khmer saling berperang memperebutkan wilayah dan kekuasaan.

Pada tahun 1962, pengadilan internasional memutuskan Kamboja sebagai pemilik candi itu, namun tanah yang mengelilinginya masih menjadi wilayah yang diperebutkan.

Keputusan PBB memasukkan Preah Vihear sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO menghidupkan kembali ketegangan atas masalah itu.

Ketegangan makin meningkat awal Juli 2008 ketika tentara Kamboja menahan tiga pengunjuk rasa Thailand yang masuk ke situs itu tanpa izin. Hal itu diikuti dengan penempatan militer masing-masing negara di sekitar kuil itu.

Sekalipun kedua kubu sudah melakukan serangkaian putaran perundingan atas masalah itu, ternyata hingga kini mereka gagal mencapai kesepakatan.

Bahkan tentara dari kedua negara telah beberapa kali melakukan baku tembak sehingga jatuh korban jiwa.

Tahun 2003, Kedutaan Besar Thailand di Phnom Penh dibakar para perusuh yang marah karena komentar yang diduga dikeluarkan oleh seorang artis Thailand bahwa kompleks candi Angkor Wat harus dikembalikan ke Thailand.

Pekan lalu ketegangan antara kedua negara memburuk, masing-masing negara menarik pulang duta besarnya karena keputusan Perdana Menteri Kamboja Hun Sen menunjuk mantan Perdana Menteri Thailand Thaksin Shinawatra sebagai penasihat ekonominya.

Kamboja kemudian menolak permintaan Thailand untuk mengekstradisi Thaksin Shinawatra, memperkeruh sengketa kasus pengangkatan Phnom Penh atas pengusaha besar itu, yang ditumbangkan dalam kudeta 2006 dan kini tinggal di pengasingan untuk menghindari hukuman penjara karena kasus korupsi.

Thaksin dan Hun Sen bersahabat cukup erat selama beberapa tahun dan juga terkadang bermain golf bersama. (*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009