Menurut Dinas Pangan dan Obat-Obatan Korsel, pelajar berusia 14 tahun, yang tinggal di Bucheon, provinsi Gyeonggi, dekat ibu kota Seoul, itu mengonsumsi tamiflu pada 30 Oktober, dan pada hari yang sama ia ditemukan terkapar di bawah gedung apartemen keluarganya.
Media lokal melaporkan, remaja itu melompat dari lantai enam gedung apartemen setelah ia merasa seperti mengantuk dan pikirannya melayang-layang.
Ia menderita patah tulang serius di kaki dan lengannya, namun tidak mengancam nyawanya, kata laporan itu.
Korban tersebut kini telah kembali dari pengobatan rumah sakit, tempat ia minum tamiflu atas perintah dokter karena dinyatakan berisiko tinggi terserang virus flu burung.
Kasus perasaan pikiran melayang-layang setelah minum tamiflu itu merupakan yang pertama di Korsel, kata Dinas Pangan dan Obat-Obatan negara itu.
Badan Pusat Korsel untuk Kontrol dan Pencegahan Penyakit akan melakukan penyelidikan untuk menemukan apakah kasus halunisasi itu ada kaitannya dengan mengonsumsi tamiflu.
Saat ini, virus flu babi atau flu H1N1 menyebar pesat di Korsel, dan Tamiflu menjadi obat andalan untuk mengobati penderita virus mematikan itu.
Dinas Pangan dan Obat-Obatan Korsel pada 2007 mengeluarkan peringatan mengenai penggunaan tamiflu menyusul laporan timbulnya kelakuan aneh dari para pengguna obat itu di Jepang.
Masyarakat diimbau untuk segera melaporkan kepada pihak berwenang bila melihat gejala mental penderita serupa.
Negara jiran Korsel, Jepang, petugas kesehatan diimbau agar tidak memberikan tamiflu kepada remaja berusia belasan tahun.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009