Jakarta (ANTARA) - Banjir bandang di Provinsi Sichuan di wilayah baratdaya daratan China kembali menelan korban jiwa.
Kali ini, hujan deras di provinsi itu, khususnya di Kota Dazhou dan Kota Guang'an telah menyebabkan lima orang warga hilang.
Bencana tersebut juga berdampak terhadap 109.500 jiwa warga Kota Dazhou dan hingga Sabtu baru 6.324 orang yang berhasil dievakuasi.
Pemerintah Provinsi Sichuan telah mengeluarkan peringatan kewaspadaan level tertinggi.
Peringatan tersebut merupakan yang pertama selama musim banjir tahun ini untuk mengantisipasi bencana banjir yang disebabkan guyuran hujan dengan intensitas sangat tinggi, demikian otoritas pemerintah setempat.
Dinas Sumber Daya Air Provinsi Sichuan telah mengirimkan tiga tim ke wilayah paling parah terdampak banjir, yakni Dazhou, Luzhou, dan Liangshan, untuk melaksanakan upaya penanggulangan dan pemulihan pascabencana.
Sebelumnya banjir bandang di Kabupaten Mianning, Provinsi Sichuan, juga menewaskan 14 warga setempat pada 1 Juli.
Bencana tersebut juga mengakibatkan 10 orang di kabupaten itu hilang, diduga terseret arus.
Provinsi Sichuan merupakan daerah cekungan terbesar di China. Di provinsi itu terdapat tiga bendungan besar yang dibangun sejak ratusan tahun silam dan menjadi objek wisata sejarah dan pemandangan alam.
Baca juga: Longsor di China tewaskan 11 orang
Sichuan juga salah satu daerah di China yang sering kali dilanda gempa bumi.
Sementara itu, data Kementerian Kegawatdaruratan China yang diperoleh ANTARA menyebutkan bahwa hingga Sabtu malam sekitar 20,27 juta jiwa warga di 24 provinsi terdampak banjir dan 1,76 juta jiwa telah dievakuasi.
Banjir di China telah mengakibatkan 23 orang meninggal dunia, 89.000 rumah warga rusak berat, dan kerugian ekonomi ditaksir mencapai 49,18 miliar yuan atau sekitar Rp104 triliun.
Pemerintah setempat juga mengerahkan ribuan personel tentara membantu penanganan banjir di beberapa provinsi. (T.M038)
Baca juga: WNI di China dan Taiwan galang bantuan korban banjir di Tanah Air
Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Teguh Handoko
Copyright © ANTARA 2020