Singapura (ANTARA News) - Perdana Menteri Selandia Baru John Key menyatakan bahwa Asia adalah masa depan ekonomi dunia sehingga Selandia Baru harus lebih mendekatkan dan menyatukan diri dengan Asia.
Hal itu dikemukakan oleh Juru Bicara kepresidenan Dino Patti Djalal di Ruang Gemini, Hotel Marina Mandarin, Singapura , Sabtu pagi, seusai mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menerima Perdana Menteri Selandia Baru John Key.
Dino mengemukakan kedua kepala pemerintahan sepakat untuk lebih saling mendekatkan hubungan sekalipun sejauh ini kedua pemimpin merasa puas dengan kemitraan yang telah terjalin dalam berbagai bidang.
"Hubungan perdagangan misalnya tumbuh 30 persen antara tahun 2006-2008," katanya.
Pada kesempatan itu, menurut Dino, Presiden Yudhoyono juga mengucapkan terima kasih atas dukungan Selandia Baru terhadap pelaksanaan Forum Demokrasi Bali pada Desember di Bali dan juga kerja sama di bidang interfaith dialogue.
"Indonesia tahun depan akan menjadi tuan rumah dari `Regional Asia Pacific Interfaith Dialogue`. Ini memang suatu kerjas ama yang khas antara Indonesia dengan Selandia Baru," katanya.
Kedua pemimpin, lanjut dia, juga membahas mengenai persiapan konferensi perubahan iklim di Kopenhagen."Mereka sepakat perlu ada terobosan," ujarnya.
Dino mengatakan bahwa dalam pertemuan yang berlangsung lebih kurang 30 menit itu juga dibahas mengenai kemungkinan kerja sama energi yang terbarukan karena Selandia Baru menaruh perhatian besar terhadap pembangunan energi yang terbarukan sebagaimana juga pemerintah Indonesia.
Pertemuan antara kedua kepala pemerintahan yang berlangsung menjelang pertemuan puncak ke-17 Forum Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) itu dilakukan dalam suasana yang penuh persahabatan. Kedua kepala pemerintahan membahas isu-isu kawasan dan dwipihak dengan suasana yang akrab.
Selain bertemu dengan Perdana Menteri John Key, sebelumnya Presiden Yudhoyono telah melakukan pertemuan dengan sejumlah kepala negara-pemerintahan negara sahabat antara lain Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong, Presiden China Hu Jintao dan Perdana Menteri Papua Nugini Sir Michael Somare.
Penyatuan perdagangan
Para pemimpin ekonomi dari 21 negara anggota APEC akan melakukan pertemuan tingkat tinggi di Singapura, 14-15 November 2009. Dalam pertemuan itu akan dibahas antara lain proses penyatuan perdagangan bebas kawasan dan pencapaian Target Bogor (Bogor Goals) bagi negara-negara maju pada 2010.
APEC merupakan forum yang terbentuk dan perkembangannya dipengaruhi antara lain oleh kondisi politik dan ekonomi dunia saat itu yang berubah secara cepat di Uni Soviet dan Eropa Timur, termasuk kekhawatiran gagalnya perundingan Putaran Uruguay yang akan menimbulkan proteksionisme dengan munculnya kelompok regional serta timbulnya kecenderungan saling ketergantungan diantara negara-negara di kawasan Asia Pasifik.
Forum yang dibentuk 1989 di Canbera-Australia itu telah melaksanakan langkah besar dalam menggalang kerja sama ekonomi sehingga menjadi suatu forum konsultasi, dialog dan sebagai lembaga informal yang kerja sama ekonominya berpedoman melalui pendekatan keterbukaan bersama berdasarkan sukarela, melakukan inisiatif secara kolektif dan untuk mendukung keberhasilannya dilakukan konsultasi yang intensif terus menerus diantara 21 ekonomi anggota.
Pada awalnya terdapat 12 negara sebagai pendiri yaitu Australia, Brunei Darussalam, Kanada, Indonesia, Jepang, Korea Selatan , Malaysia, Selandia Baru, Filipina, Singapura, Thailand, dan Amerika Serikat.
Sejak dibentuk APEC telah menjadi wahana utama di kawasan Asia Pasifik dalam meningkatkan keterbukaan dan praktik kerja sama ekonomi sehingga dapat menarik masukan beberapa negara yaitu Republik Rakyat China, Hongkong-Cina dan Chinese-Taipe untuk bergabung pada 1991 yang kemudian disusul masuknya Meksiko dan Papua New Guinea tahun 1993 seerta Chili pada 1994.
Sedangkan tiga ekonomi anggota terakhir yaitu Federasi Rusia, Peru dan Vietnam bergabung dalam forum APEC tahun 1998.
Dalam perkembangannya APEC memiliki peran cukup strategis dengan penduduk sekitar dua miliar jiwa atau lebih dari 40 persen populasi dunia dan mewakili 45 persen nilai perdagangan dunia (1996) - sebuah pasar potensial untuk perdagangan barang, jasa dan sumber daya manusia.
Realisasi pertumbuhan GDP APEC tahun 2000 sebesar 4,1 persen berarti relatif sedikit lebih rendah dari pertumbuhan GDP dunia yang sebesar 4,7persen, di samping itu APEC juga memiliki arti penting dalam rangka pembangunan nasional karena mewakili 69.1 persen pasar ekspor nonmigas dan merupakan 63,3 persen sumber impor nonmigas Indonesia masing-masing tahun 2000.
Indonesia mendukung peran penting APEC dalam meningkatkan kerja sama ekonomi di kawasan dan berperan aktif dalam pengembangan arah kerja sama APEC ke depan.
Partisipasi Indonesia di APEC dilandaskan pada pentingnya mengantisipasi dan mengambil keuntungan dan mengamankan kepentingan nasional RI dari era perdagangan dan investasi yang semakin bebas di Asia Pasifik.(*)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009