Washington (ANTARA) - John Lewis, seorang pelopor pergerakan hak-hak sipil dan anggota lama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Amerika Serikat meninggal dunia pada Jumat (17/7).
Lewis, yang merupakan anggota Kongres dari Atlanta, meninggal dunia pada usia 80 tahun. Ia pada Desember tahun lalu sempat mengumumkan bahwa dirinya menderita kanker pankreas stadium lanjut.
"Dia begitu mencintai negara ini hingga mempertaruhkan nyawa dan darahnya agar negara mungkin dapat memenuhi janjinya," kata mantan Presiden Barack Obama dalam pernyataan. "Dan selama beberapa dekade, dia tak hanya mendedikasikan dirinya bagi pergerakan untuk kebebasan dan keadilan, namun juga menginspirasi berbagai generasi yang diilhami dan mencoba untuk menjalani teladannya."
Mantan Presiden Bill Clinton dan mantan Menlu Hillary Clinton, dalam pernyataan bersama mengatakan, "Kita telah kehilangan seorang tokoh besar. John Lewis memberikan semua yang dia miliki untuk menebus janji tak terpenuhi Amerika atas kesetaraan dan keadilan untuk semua, dan untuk menciptakan tempat bagi kita untuk membangun persatuan yang lebih sempurna bersama-sama."
Baca juga: Obama akui mimpi kesetaraan ras Luther King belum terwujud
Ketua DPR Nancy Pelosi menyebut Lewis sebagai "seorang tokoh besar pergerakan hak-hak sipil dengan kebaikan, keyakinan, dan keberanian yang mentransformasi negara kita."
Lewis merupakan anak didik Pendeta Martin Luther King Jr, yang dijumpai Lewis usai dia menulis surat saat dirinya berusia 18 tahun. Lewis adalah pembicara terakhir yang masih hidup dari Pawai 1963 di Washington. Saat itu, ia berdiri di samping King ketika King menyampaikan pidato I Have a Dream.
Lewis terus mempertahankan perjuangan untuk hak-hak sipil dan hak-hak asasi manusia hingga akhir hayatnya, menginspirasi dengan orang-orang lain untuk membuat "Permasalahan yang Baik".
Pada 2016, Lewis memimpin "aksi duduk" oleh Demokrat di DPR untuk menuntut pemungutan suara soal peraturan kepemilikan senjata. Dia terakhir kali tampil di publik bulan lalu, ketika protes untuk keadilan rasial merebak di Amerika Serikat dan dunia.
Dengan menggunakan tongkat, Lewis berjalan bersama Wali Kota Washington Muriel Bowser di jalan dekat Gedung Putih yang dinamai ulang oleh Bowser sebagai Black Lives Matter Plaza. Jalan itu dituliskan dengan lukisan besar berwarna kuning, yang cukup besar untuk dapat dilihat dari luar angkasa, bertuliskan Black Lives Matter.
Baca juga: Kasus George Floyd dan krisis demokrasi Amerika Serikat
Penghormatan bagi Lewis berdatangan dari sejumlah politisi lain, baik sesama anggota partai Demokrat maupun Republik.
Pemimpin Mayoritas Republik di Senat AS, Mitch McConnell, mengatakan Lewis memiliki tempat "di antara para figur besar dalam sejarah Amerika" bahkan sebelum dia terpilih menjadi anggota Kongres, dengan mencatat kebangkitannya dari keluarga petani penggarap di Alabama yang terpencil.
"Seluruh Senat dan negara berkabung atas kepergian Anggota Kongres John Lewis, seorang pemimpin pelopor hak-hak sipil yang mempertaruhkan hidupnya untuk melawan rasisme, mendorong kesetaraan hak, dan membawa negara kita ke tempat yang lebih selaras dengan prinsip-prinsip dasarnya," kata McConnell.
"John Lewis merupakan seorang ikon yang berjuang dengan segenap jiwa untuk memajukan pergerakan hak-hak sipil bagi semua warga Amerika," kata anggota Senat Kamala Harris, orang Afrika-Amerika pertama yang mewakili California di Senat, melalui cuitan di Twitter.
"Saya menyampaikan duka cita yang mendalam kepada keluarga, teman-teman dan staffnya, serta mereka yang hidupnya telah tersentuh oleh Lewis."
Sumber: Reuters
Baca juga: Ribuan warga AS pawai "Juneteenth" peringati penghapusan perbudakan
Baca juga: Dewan HAM PBB berencana pelajari rasisme "sistemik" di AS
Presiden perintahkan kapolri proses hukum pelaku rasisme
Penerjemah: Aria Cindyara
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2020