"Dengan pola lama setiap tahunnya kami bisa mengembangkan sekitar 20 outlet, dengan pola waralaba kami harapkan bisa bertambah lagi dengan lebih cepat yaitu 100 outlet per tahun," kata Dirut PT Kimia Farma M. Sjamsul Arifin, di sela pembukaan Franchise & License Expo Indonesia ke-7 di Jakarta Convention Centre, Jumat.
Menurut dia, perusahaannya menargetkan adanya 1.000 apotek dalam lima tahun mendatang. Pengembangan bisnis apotek dengan pola waralaba, lanjut dia, akan memperbaiki struktur laba perusahaannya.
Saat ini, Kimia Farma memiliki 370 apotek dan ke depannya akan lebih mendorong penambahan outlet dengan pola waralaba dibanding dengan pola kerja sama operasi yang selama ini dilakukannya. Selama 2008, unit usaha apotek telah memberikan kontribusi sebesar 40 persen terhadap laba usaha dan 30 persen dari penjualan (Rp1,3 triliun).
Manajer Pengembangan Bisnis PT Kimia Farma, Sus Maryati, menjelaskan, investasi awal yang dibutuhkan untuk mengembangkan waralaba apoteknya sebesar Rp460 juta, di luar sewa tempat untuk apotek baru. Sedangkan untuk apotek konversi investasi awalnya sebesar Rp350 juta.
Royalti fee yang dikenakan sebesar 1,5 persen dari penjualan, sedangkan masa kerjasama franchise yang ditawarkan adalah untuk masa enam tahun. "Masa pengembalian modalnya sekitar 3-4 tahun," ujarnya.
Sus menjelaskan, Kimia Farma akan memberikan dukungan penuh kepada para franchiseenya sejak analisa kelayakan usaha, set up outlet, pembukaan outlet, rekrutmen dan training pegawai yang berkelanjutan, panduan operasional yang handal, sistem informasi yang terintegrasi, logistik yang didukung distribution centre, promosi dan pemasaran bersama, hingga bantuan analisa laporan keuangan.
Sus menjamin apotek Kimia Farma akan berbeda dengan apotek lainnya karena memberikan layanan menyeluruh bagi pelanggan. "Kita tidak hanya menjual obat tapi juga akan memberikan penjelasan lengkap yang dibutuhkan pasien," tuturnya. (*)
Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009