Tangerang (ANTARA News) - Detasemen Khusus (Densus) 88/Antiteror, Jumat, menggelar rekonstruksi pertemuan almarhum gembong teroris Noordin Mohd Top dengan beberapa anak buahnya di Masjid Raya Bintaro Jalan Maleo Sektor XI, Kota Tangerang Selatan, Banten.
Dalam rekonstruksi itu, sekitar 10 orang anggota Densus 88 berseragam hitam bersenjata lengkap menjaga ketat rekonstruksi pertemuan Noordin Mohd Top dengan Saefuddin Zuhri serta dua teroris lainnya yakni Dayat dan Amir Abdillah yang diperankan anggota kepolisian.
Tiga orang polisi berpakaian bebas yang berperan sebagai Noordin, Saefuddin, dan Amir itu berkumpul di halaman Masjid Raya Bintaro, kemudian mereka masuk ke dalam sebuah mobil Daihatsu berwarna hitam bernopol B8442MO yang disopiri Dayat.
Dalam kendaraan itu, empat orang teroris yang diperankan aparat kepolisian membahas rencana peledakan bom, sehingga rekonstruksi itu berlangsung sekitar dua jam.
Densus 88 dan aparat kepolisian menolak memberikan keterangan dalam rekonstruksi kepada sejumlah wartawan.
Puluhan warga yang tidak mengetahui adanya rekonstruksi tiba-tiba mendatangi lokasi masjid untuk mengamati apa yang sedang berlangsung, namun mereka dilarang petugas mendekati lokasi rekonstruksi.
Pengurus Masjid Raya Bintaro Samsul mengaku terkejut ketika tim Densus 88 dan beberapa petugas kepolisian mendatangi Masjid Raya Bintaro untuk mengelar rekonstruksi.
"Saya kaget karena secara tiba-tiba pasukan berseragam hitam dengan senjata laras panjang datang melakukan rekonstruksi," katanya.
Ia mengaku tidak mengetahui bila di halaman Masjid Raya Bintaro pernah terjadi pertemuan antara Noordin Mohd Top, Saefuddin Zuhri, Dayat, dan Amir.
"Masjid ini biasanya didatangi siapa saja, jadi sah-sah saja siapapun shalat di sini," katanya.
Sementara itu, petugas keamanan Masjid Raya Bintaro Cahyo Suharto mengatakan sebelum rekonstruksi tidak ada pemberitahuan dari kepolisian bahwa di Masjid Raya Bintaro akan digelar rekonstruksi pertemuan Noordin Mohd Top dengan sejumlah anak buahnya.
(*)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009